Salahkah
Bila Aku Masih Merindukanmu
Ombak
Pantai Sanur mendebur. Angin semilir melambaikan nyiur. Langit mulai temaram.
Nila menyusuri pantai dengan telanjang kaki. Rambut panjangnya tergerai
dimainkan angin nakal. Ombak yang menerpa langkahnya, menghapus setiap jejak
yang ditinggalkan di atas pasir putih.
Gadis
itu melangkah di antara gemuruh ombak, desir angin, dan langit yang temaram.
Tetapi langkahnya tak meninggalkan jejak di pasir. Ombak menghapusnya. Dan
ombak ibarat harapan, rindu, cinta
dan kasih sayang yang Nila rasakan.
Ia
tak mengerti, kenapa satu hari ini ia berada di Pantai Sanur. Padahal pantai
inilah yang membuatnya luka, yang membuatnya hampa, dan yang membuatnya hampir
terpuruk dalam kerinduan dan penantian akan seseorang yang tak pernah berani ia
temui saat perjanjian yang sudah ditetapkan.
Ra,
nama itu, memang tak terucap dari bibirnya, tetapi bergetar di setiap detak
jantungnya. Nama itu yang sempat menghiasi hari-harinya yang penuh rindu. Rindu
yang saat ini masih ia simpan, meskipun tidak ada kepastian. Karena setahun
yang lalu, Ra berjanji akan datang kepada Nila, di Pantai Sanur ini, mengikat
janji yang selama ini hanya terjalin melalui ponsel atau e-mail.
Ah,
kenangan....
Nila
memandang ke laut lepas. Ombak masih bergulung. Deburnya seperti di dada Nila.
Karena hari ini, tepat satu tahun janji berjumpa di Pantai Sanur dengan kekasih
jiwanya, Raga Dewa, yang entah saat ini ada di mana.
Nila
Sayang, setelah lulus SMA ini, saya akan ke Bali. Saya memang tak punya
siapa-siapa di Jakarta, tetapi sekarang ada kamu, yang akan menjadi tujuan
hidupku. Saya ingin kuliah di Udayana. Saya mau kuliah seni sesuai dengan
kemampuan dan bakat saya. Tetapi yang utama adalah, saya datangnya ke Bali
untuk kamu, agar kita bisa selalu bersama. Nantikan saya di Pantai Sanur
seperti yang sering kita katakan. Saya akan datang untuk kamu, untuk kamu
Sayangku....
E-mail
itu, masih Nila simpan di folder komputernya. E-mail dari Raga, kekasih
jiwanya.
Tetapi,
kemana kamu, Ra? Di hari yang kamu janjikan itu, saya memang tak berani menemui
kamu, tetapi saya tetap di pantai ini dari pagi hingga sore hari, bahkan sampai
malam menjelang. Saya ragu sekali untuk memutuskan apakah saya siap bertemu
kamu atau tidak. Dan saya memilih untuk tidak bertemu kamu, dengan harapan,
besok atau lusa saya akan mendapatkan suara kamu lagi, dan bertanya kenapa tak
menepati janji. Tetapi nyatanya, sejak saat itu, saya tak temukan lagi
keindahan kata di e-mail ataupun di ponsel. Kamu seperti menghilang ditelan
ombak Pantai Sanur ini. Raga, kamulah yang membuat jiwaku lebih berarti.
Kamulah yang membuat hidupku jadi punya arah. Kamulah yang membuat saya
memahami hidup, bahwa ketika kehampaan jiwa ada, seseorang bisa dijadikan
pegangan. Dan itu adalah kamu, Ra, gumam Nila. Ia menahan sesak nafasnya yang
tak pernah berhenti setiap kali ingat Raga.
Tetapi,
di mana kamu sekarang kekasihku? Belahan jiwaku? Rinduku? Cintaku? Saya memang
bersalah mengambil keputusan ketika itu untuk tidak menemui kamu, tetapi saya
belum lelah menantimu. Maafkan saya kalau saya bersalah, saya pun tak tahu
harus bagaimana dan harus berbuat apa, karena hingga saat ini, saya tak
menemukan lagi jejakmu.
Nila
terus melangkah, sekali waktu, gundukan pasir kadang ditendangnya. Butiran
putih itu berhamburan terbawa angin. Namun rindu dan cinta Nila terhadap Ra
tidak ingin seperti pasir yang hilang terbawa angin, atau seperti karang yang
perlahan akan hilang terkikis oleh debur ombak lautan.
Raga,
saya sudah rela melepaskan apa yang selama ini saya miliki. Untuk kamu, saya
rela meninggalkan apa yang diharapkan oleh orangtua saya. Sehingga pilihan
hidup setelah lulus SMA yang sudah disiapkan oleh orangtua saya, berani saya
tinggalkan karena kamu, gumam Nila.
Setiap
kalimat tak pernah keluar dari mulutnya. Karena semuanya akan ia katakan ketika
akan bertemu dengan Raga. Pertemuan yang mungkinkah akan terulang? Dan
akhirnya, yang ada hanyalah gumaman dalam hati yang paling dalam, dibalut rindu,
cinta dan kasih sayang yang tak dapat diartikan.
Nila
adalah gadis Bali yang sering gelisah oleh keadaan. Ia menentang keras ketika
dalam kulturnya, bahwa perempuan harus manut terhadap adat yang ada. Dan ketika
duduk di bangku kelas dua SMA, orangtuanya mengabarkan kepada Nila, kalau sudah
lulus sekolah nanti, ia akan dijodohkan dengan seorang laki-laki Bali yang
berkasta.
Nila
berontak, bahwa dalam pribadinya, cinta bukanlah paksaan, cinta adalah tunas
jiwa yang tumbuh di dalam hati yang paling dalam. Ia tidak menerima niat
orangtuanya untuk menjodohkannya. Dan konsekuensinya, Nila keluar dari rumah.
Itu
tidak baik memang, tetapi pemberontakan Nila bukannya tidak menghormati kedua
orangtuanya. Apalagi kepada sang Bunda, Nila adalah anak pertama dari dua
bersaudara yang amat disayangi. Karena sejak duduk di bangku sekolah dasar, ia
selalu menduduki ranking di kelasnya. Bahkan ia selalu masuk dalam kategori
siswa teladan. Ia ingin meraih cita-citanya setinggi bintang. Karena itulah,
ketika kedua orangtuanya mengabarkan bahwa setelah lulus SMA Nila akan
dijodohkan, harapan dan cita-cita itu seakan kandas di tengah jalan.
Dalam
kehampaan hatinya, hadirlah Raga, lelaki yang ia kenal lewat sms yang nyasar ke
ponselnya.
Aku
adalah arah mata angin yang selalu berhembus ke setiap lembah di mana ada
rumput hijau, gunung, sungai dan pelangi. Desirku bagaikan dawai yang selalu
mendendangkan tentang cinta dan kerinduan.
Nila
terhenyak, dan terjaga begitu menerima pesan tersebut yang tak diketahui dari
siapa. Tetapi selanjutnya ada perkenalan. Dari perkenalan itulah akhirnya Nila
tahu, ternyata Raga mengirim sms itu asal saja, tidak pernah tahu akan sampai
ke mana. Tetapi katanya, ia punya Tuhan, yang akan membawa pesan itu kepada
seseorang yang akan dapat menentukan arah hidupnya. Ah, pribadi yang menarik,
pikir Nila ketika itu. Dan dari perkenalan lewat ponsel itu, akhirnya pun
berlanjut ke e-mail dan rasa. Rasa yang sulit Nila artikan.
Selama
itulah hubungan itu terjalin. Setiap kata adalah keindahan, setiap waktu adalah
kerinduan, dan cinta terpupuk dari rentang waktu yang berjalan, serta rindu
yang berceceran.
Nila
memilih semangat hidup dengan menjadi kekasih jiwanya Raga, meskipun ia belum
pernah bertemu dengan pujaan hatinya. Makanya ia amat senang begitu Raga mengabarkan,
ketika lulus SMA nanti, ia akan kuliah di Udayana, dan akan bertemu Nila di
Pantai Sanur ini.
Kekasihku,
ketika malam menjelang dalam penantian akan pertemuan kita di Pantai Sanur
nanti, kumpulkanlah rindu yang selama ini kita punya. Lalu kita jadikan
semangat hidup untuk berkarya. Bantu saya untuk meraih cita-cita dan saya akan
mendukung kamu menjadi wanita yang mandiri, maju dan berprestasi. Kita akan
menjadi sepasang kekasih yang saling mendukung untuk sebuah cita-cita. Dan
kalau dalam hidup orang ingin meraih bahagia, bahagia itu adalah milik kita,
bahagia itu adalah kita berdua
Nantikan
saya dengan penuh cinta.
Cintamu,
Raga
Dewa
E-mail
itu pun, masih Nila simpan di komputernya.
Ra,
di manakah kamu, Sayang? Jangan salahkah kekasihmu ketika harus mengambil
keputusan untuk melupakanmu. Satu tahun adalah waktu yang panjang untukku
memendam rindu. Tak adakah maaf atas keputusan yang pernah salah saya lakukan?
Di
mana kamu Ragaku?
Na
terus melangkah, tetapi langkahnya bukan menyusuri pantai, karena malam sudah
datang. Dan gelap mulai merangkul setiap sisi pojok Bali.
Kesunyian
malam memang membawa kerinduan.
Tetapi
Nila tak tahu, rindu untuk apa dan untuk siapa yang kini ia rasakan. Karena
Raga ternyata tak pernah hadir lagi di setiap langkahnya. Ra hanya menjadi
kekasih dalam jiwa Nila.
Andai
saja waktu boleh kembali, saya akan menemui kamu setahun yang lalu di Pantau
Sanur ini sesuai dengan janji kita, Ra. Tapi waktu memang tak pernah bisa
kembali.
Ra,
di mana kamu? Pelan, kalimat itu Nila katakan, dan gadis itu mulai pergi
meninggalkan debur ombak Pantai Sanur. Tetapi jejaknya tetap meninggalkan
rindu, cinta dan harapan kepada Ra, yang kini entah berada di mana.
Ra,
aku rindu kamu. Salahkah bila aku masih merindu
ABOUTME
Hi all. Saya Chandra Ardilla Putra. Terimakasih, telah membaca artikel mengenai Salahkah Bila Aku Masih Merindukanmu. Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda. Mohon untuk memberikan 1+ pada Google+, 1 Like pada Facebook, dan 1 Follow pada Twitter. Jika ada pertanyaan atau kritik dan saran silahkan tulis pada kotak komentar yang sudah disediakan.
0 komentar:
Posting Komentar