Bulan Agustus baru menunjuk angka dua. Sinar matahari hampir menyelesaikan tugasnya menyinari kota Jakarta, suasana kelabu begitu terasa di RSCM, para pembesuk serasa enggan berbicara. Semua hening, semua menunduk tanda sedih.
Semua bermunajat kepada Allah.
Ya Allah, berikanlah kasih sayangmu kepadanya.
Janganlah Engkau beri sakit yang begitu berat dan lama.
Sembuhkanlah segera bila Engkau masih mengizinkannya hidup atau ah.
Aku tak tega mengucapkan kata perpisahan ini, Ya Allah, Engkau Maha Tahu hati manusia, bila Engkau sangat sayang padanya maka panggilah ia segera dalam dekapan kasih sayangMu.
Ya Allah, berikanlah kasih sayangmu kepadanya.
Janganlah Engkau beri sakit yang begitu berat dan lama.
Sembuhkanlah segera bila Engkau masih mengizinkannya hidup atau ah.
Aku tak tega mengucapkan kata perpisahan ini, Ya Allah, Engkau Maha Tahu hati manusia, bila Engkau sangat sayang padanya maka panggilah ia segera dalam dekapan kasih sayangMu.
Suaminya, hari itu begitu sibuk melihat alat pemantau, denyut nadinya ada dikisaran 15 hingga 60, suatu ukuran yang sangat lemah untuk ukuran tubuh manusia.
Juga fungsi batang otak yang harus selalu memberikan instruksi kepada organ tubuhnya ada dilevel 3, level yang paling bawah dari tingkat kesadaran manusia.
Suaminya, keluar dari ruang ICU, berdiskusi sejenak dengan sanak saudaranya. Berkatalah si Suami. Mari kita bersabar, bilamana Allah sangat menyayangi ummi, biarkanlah ia menyambut panggilanNya. Dini dan Dina, tak kuasa menahan keluarnya air mata, bukan tidak ridha, tapi tangisnya adalah tangisan sayang buat umminya.
Tiba-tiba, di dalam sana, suster memangil si
Suami untuk bersegera membantu keberangkatan istrinya menyambut panggilan
Allah.
Segeralah, si Suami membacakan kalimat Laa Ilaaha Ilallah, secara berulang-ulang. Dan juga dibacakan beberapa ayat Al-Qur'an.
Di luar semakin hening, semua mata tertuju pada tubuh yang terbaring dibalik jendela kaca yang sengaja dibuka oleh suster. Semua pembesuk turut berdo'a menghantar kepergian ummi ke tempat yang jauh untuk tidak kembali. Akhirnya, menjelang waktu ada di angka 17.50, Ummi yang telah lama terbaring itu pergi menjumpai Rabbnya.
Segeralah, si Suami membacakan kalimat Laa Ilaaha Ilallah, secara berulang-ulang. Dan juga dibacakan beberapa ayat Al-Qur'an.
Di luar semakin hening, semua mata tertuju pada tubuh yang terbaring dibalik jendela kaca yang sengaja dibuka oleh suster. Semua pembesuk turut berdo'a menghantar kepergian ummi ke tempat yang jauh untuk tidak kembali. Akhirnya, menjelang waktu ada di angka 17.50, Ummi yang telah lama terbaring itu pergi menjumpai Rabbnya.
Kami tidak melihat dia bergerak kesakitan,
tidak ada obat lagi dan tidak ada beban lagi. Pergilah menyambut panggilan
Ilahi Rabbi. begitu gumamku lirih.
Selamat menikmati dekapan kasih sayang Rabbmu.
"Ya ayyatuha nafsul muthmainnah irji'ii ila rabbiki raadhiyatan mardhiyah fadkhulii fii ibadii wadkhuli jannati.. " Ya Allah, panggilah Ummi yang terbaring ini dengan panggilan kasih sayangMu.
Sungguh ya Allah, begitu mulia hidupnya, ia terus bergerak memenuhi dunianya dengan dakwahMu, Sungguh ia terus bekerja demi kebaikan ummatMu.
Selamat jalan ummi, do'a kami semua menyertaimu, jangan bersedih. kami akan melanjutkan dakwahmu, kami-kami ini yang akan menggantikan posisimu, kami-kami ini akan mewarisi kepribadianmu, pribadi yang mulia dalam naungan dakwah.
"Ya ayyatuha nafsul muthmainnah irji'ii ila rabbiki raadhiyatan mardhiyah fadkhulii fii ibadii wadkhuli jannati.. " Ya Allah, panggilah Ummi yang terbaring ini dengan panggilan kasih sayangMu.
Sungguh ya Allah, begitu mulia hidupnya, ia terus bergerak memenuhi dunianya dengan dakwahMu, Sungguh ia terus bekerja demi kebaikan ummatMu.
Selamat jalan ummi, do'a kami semua menyertaimu, jangan bersedih. kami akan melanjutkan dakwahmu, kami-kami ini yang akan menggantikan posisimu, kami-kami ini akan mewarisi kepribadianmu, pribadi yang mulia dalam naungan dakwah.
Terima kasih kepada
seluruh ummat yang turut membantu meringankan bebannya. Sungguh, amal saudara
semua semua tidak akan tergantikan, semoga Allah membantu saudara-saudara
dengan caraNya yang lebih bijaksana.
ABOUTME
Hi all. Saya Chandra Ardilla Putra. Terimakasih, telah membaca artikel mengenai Selamat Jalan Istriku (Kisah nyata). Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda. Mohon untuk memberikan 1+ pada Google+, 1 Like pada Facebook, dan 1 Follow pada Twitter. Jika ada pertanyaan atau kritik dan saran silahkan tulis pada kotak komentar yang sudah disediakan.
0 komentar:
Posting Komentar