KERUDUNG MERAH DI MEKKAH
Selepas subuh sekitar
jalan MT.Haryono masih terlihat lengang.Jalan utama yg menghubungkan kota Batu
dg kota Malang yg biasa padat dan memenatkan itu,kini masih terasa nyaman.Udara
pagi pun masih terasa segar,terlebih ini adalah hari minggu.
Tampak beberapa mahasiswa
dan warga sekitar sekedar menyempatkan untuk jogging atau sekedar jalan2.Hanya
angkutan umum LDG dan ADL sudah berlarian keladungsari.
Tapi tidak disebuah
kedai buah dan bunga ditepi jalan MT.Haryono,meski kedai tersebut belum buka
tapi aktifitas didalamnya sudah mulai.Seorang lelaki tengah disibukkan
menyortasi buah-buahan.Memilih buah yg terbaik untuk disajikan hari ini dikedai
mereka.Diantaranya ada semangka,melon,apel,kelengkeng,pepaya,rambutan hingga
salak.Sedangkan seorang lelaki yg lain sibuk membersihkan lesehan kedai
itu.Kedai buah dan bunga itu juga menyediakan lesehan bagi pengunjung yg ingin
menikmati juice buah segar dikedai itu.
Tak jarang,mahasiswa
maupun dosen yg memanfaatkan lesehan kedai itu untuk tempat diskusi bahkan
kuliah.Terlebih,lesehan kedai itu telah dilengkapi hot spot area,sehingga
memudahkan bagi pengunjung yg ingin surfing kedunia maya dg laptop mereka.
Kedua lelaki itu juga
disibukkan dg perlakuan sortasi untuk bunga potong yakni dg memisahkan antara
bunga yg masih segar dan telah layu kemudian memotong batangnya yg terlalu
panjang atau mungkin telah busuk.Juga menyiapkan kertas pembungkus untuk bunga
potong jika pembeli menginginkannya dalam bentuk buket.Ada banyak jenis bunga
potong dikedai tersebut diantaranya ada krisan,garberra,mawar,aster,sedap
malam,asparagus,bunga matahari dan lain2.Lelaki itu juga mengganti air diember
bunga potong dg air yg baru serta menambahkan sedikit aspirin di air ember
tersebut agar bunga potong lebih awet segarnya dan tak cepat layu.
"Assalamualaikum....Selamat
pagi bapak-bapak!"
Kedua lelaki itu
dikejutkan oleh suara dari luar pintu masuk.Seorang lelaki setengah baya yg
memakai kaos putih dan handuk yg terlingkar dilehernya
"Waalaikumsalam
warahmatullah...Selamat pagi juga Pak Ali.Sedang lari pagi nih?"
"Iya,Ris.Mumpung
ni hari libur.Hari biasanya kamukan tahu sendiri,pagi hari seperti ini saya
sudah sibuk menyapu kebun,menyiram,sampai memotong rumput.Nggak sempat
olahraga! Harusnya kamu juga,Ris! Sempatkanlah olahraga.Meskipun hanya sekali
dalam seminggu masak nggak ada bedanya hari libur dg hari biasa,Ris? Payah
kamu,Ris!"
Lelaki yg bernama
lengkap Faris Afero itu hanya tersenyum.Sementara Pak Ali tengah sibuk
merenggangkan tangannya kekanan dan kekiri,kebawah dan keatas lalu memperagakan
yoga asana yg tak sempurna dg perutnya yg buncit.
"Lho,biasanya ada
Ferdian yg membantumu? Kemana dia?"
"Ferdian sedang
mudik ke kediri.Ibunya sedang sakit.Jadi saya hanya dg Sais saja pagi
ini.Bukankah kita nggak boleh mensia-siakan rezeki yg telah Allah hamparkan
dipagi hari seperti ini? Lagi pula ini juga dalam rangka nambah bekal untuk ke
makkah."
"Subhanallah! Kamu
serius ingin segera pergi haji,Ris?"
"Insya
Allah,Pak.Doa restunya.Sendirian saja nih,Pak? Biasanya ada Chessa yg ikut
lari-lari dihari minggu."
"Iya,sendiri.Chessa
lagi ngambek!"
"Ngambek?
Kenapa,Pak?
"Harusnya kamu yg
lebih tahu,Ris! Ia ngambek ya gara2 kamu."
"Gara2 saya?
Maaf,pak.Saya nggak ngerti."
"Apa kamu tidak
memerhatikan,sudah hampir 2 pekan inikan,Ia nggak beli bunga aster dikedaimu
ini."
"Iya,Pak.Padahal
paling tidak biasa Chessa akan kesini 2 hari sekali untuk beli bunga aster.Saya
juga sempat khawatir.Apa Chessa sedang sakit."
"Chessa memang
sedang sakit.Sakit hati!"
"Astafirullahal'adzim...Kenapa
?
"Kamu
itu,Ris...Ris...Kamu yg lebih tahu kenapa Chessa sampai ngambek seperti itu!
Kenapa kamu menolak saat ia mengajakmu kepesta perpisahan disekolahnya?"
"Oh,maksud Pak
Ali,prom night itu? Ya,jelas saja saya tidak mau.Apa saya harus menghadiri
perta aneh yg mengumbar aurat seperti itu? Yg lelaki sih memakai setelan jas yg
sopan tapi yg perempuan? Gaun malam yg aneh!"
"Tapi kan tidak
semuanya,Ris! Chessa sendiri kan sekarang sudah berkerudung.Ya,meskipun
berkerudung modis.Padahal dulu,Ia paling fobi dg kerudung dan pakaian
muslimah.Kamu tentu ingat,dulu Chessa berseragam sekolah masih dg rok diatas
lutut.Tapi setelah sering kamu nasehati,kini ia sedikit berubah.Ia memakai hem
dan rok panjang serta berkerudung saat pergi kesekolah.Saat keluar rumah pun,ia
kini sering berkerudung."
"Alhamdulillah
jika Chessa banyak perubahan sekarang.Tapi soal prom night,saya benar2
melarangnya untuk ikut apalagi ia malah mengajak saya.Meski saya telah
menganggap Chessa adalah adik saya sendiri,bukan berarti status Chessa berubah
menjadi muhrim bagi saya."
"Iya,Ris.Ia memang
nggak jadi ikut prom night.Tapi ngambeknya itu lho,Ris! Nggak ketulungan!
Cemberut melulu setiap hari! Cobalah hiburlah dia! Sepertinya nasihatmu kemarin
soal prom night itu nyinggung perasaannya!"
Faris hanya diam dan
mengangguk sembari meneruskan pekerjaannya menyortasi bunga potong.Semua harus
telah siap sebelum kedainya buka tepat jam 7.Setelah itu,giliran Mila dan Lilis
yg menjaga kedai buah dan bunga yg bernama Evergreen itu.Mila adalah Muslimah
yg tak lain adalah adik Mahardiansyah seorang sahabat Faris yg dulu bersama
merintis Evergreen.
Mila masih kuliah di
DIII Kesekretaritan Universitas Brawijaya.Kebetulan kuliahnya hanya berlangsung
siang dan malam hari jadi dipagi hari ia bisa membantu Faris menjaga
kedai.Faris harus mengajar beberapa mata kuliah di Fakultas pertanian
UNIBRAW.Kedai Evergreen nya tidak mengenal hari libur dihari minggu.Sedangkan
Lilis adalah teman satu pesantren mahasiswa dg Mila yg masih kuliah di SI
Perikanan UNIBRAW.
"Lalu bagaimana
caranya agar Chessa nggak ngambek lagi,Pak?"
"Itulah yg sedang
saya pikirkan!" Pak Ali segera memutar otaknya untuk berpikir
keras.Wajahnya terlihat aneh saat ia berpikir,"Nah! Itu,Ris! Coba lihat
bunga ada yg dikeranjang sebelahmu itu! Itukan aster! Bukankah Chessa sangat
suka dg aster warna merah muda?"
Aster merupakan bunga
yg bentuk dan ukurannya mirip dg bunga Matahari.Bunga Aster berbentuk melingkar
atau seperti bintang dg kelopak dan mahkota bunga yg banyak dan
terpisah.Mahkota bunga pada bunga ini ada yg panjang dan ada yg
kecil,bermekaran mengelilingi bunga2 kecil yg ada ditengahnya.Bunga ini juga
harum sekali karena bentuk yg sederhana dan indah sering diidentikan dg simbol
kesederhanaan,keriangan dan kegembiraan.
"Iya,Pak! Tapi
Aster itu sudah sedikit layu sebenarnya Aster itu sengaja saya simpan untuk
Chessa tapi ia malah ngambek dan nggak kesini!"
"Sedikit layu
nggak apa2.Sudahlah! Bungkus saja! Nanti saya akan memberikannya pada Chessa
agar ia nggak ngambek lagi."
"Baiklah kalau
begitu." Kemudian Faris membungkus Aster yg berwarna merah muda dg
selembar kertas, "Pak Ali tak perlu membayarnya ini sudah tak layak
jual.Sampaikan juga permintaan maaf saya padanya jika kata2 saya kemarin kurang
nyaman baginya."
"Oke!" Pak
Ali segera beranjak pergi.
"Tunggu,Pak! Ada
yg mau saya titipkan untuk Chessa."
"Apa,Ris?"
"Sebentar,Pak.Biar
saya ambilkan dulu dikantong jaket saya dibelakang."
Tak lama kemudian,Faris
telah kembali dg menyerahkan selembar kertas pada Pak Ali.
"Ini adalah tiket
masuk acara talk show minggu depan di Samantha Krida untuk Chessa.Semoga Chessa
bisa menemani saya diacara tersebut."
"Baiklah.sampai
nanti,Ris!"
Sementara itu,suasana
dirumah Chessa juga sudah menampakkan berbagai aktifitas.Ayahnya yg dihari
biasanya harus buru2 kekantor pemerintahan kota Malang,pagi ini nampak santai
sembari membaca koran pagi dan menikmati secangkir kopi disampingnya.
Sedangkan Chessa yg
malas,masih memakai pakaian tidur dan sandal lembut berbentuk boneka kelinci.Chessa
dg rambut acak-acakan,menggelayut manja dipundak ibunya yg sedang mempersiapkan
sarapan pagi.Hari minggu bagi Chessa adalah hari yg tepat untuk memanjangkan
tidurnya.Terlebih saat ini ia sedang cuti shalat.
"Lho,Bu! Ini bunga
dari mana?"Mata Chessa seketika terbelalak melihat Aster dalam vas bunga
pojok dapur.Ia langsung mengambilnya dan langsung membenamkan wajahnya ke Aster
merah muda itu.Harum Aster itu dapat menyihir wajah Chessa jadi berseri.
"Pakai tanya dari
mana! Ya,dari kakak yg paling kamu banggakan itu.Tadi Pak Ali yg
membawanya."
"Oh...Mas Faris
genit juga ya,Bu! Ia kirim bunga buat Chessa.Mungkin Ia nyesel telah
nelantarkan adiknya yg paling cantik ini.He... He... "
"Husss...Ngawur
kamu,Chess! Lha wong itukan bunga yg biasa kamu pesan! Memangnya kenapa kamu
beberapa hari ini nggak mengunjungi kakakmu lagi? Sampai2 bunganya layu seperti
ini."
"Ia sok,Bu! Kuper!
Aneh! Jadul bin Kolot! Sudahlah,Bu! Chessa males ngomongin dia!"
"Lalu kenapa kamu
betah peluk Aster itu?"
"He... He...,lupa!
Iya,ini Chessa taruh lagi divas! Huh,Ibu!"
"Eh,tadi Pak Ali
juga titipkan ini untukmu.Kata Pak Ali,Faris ingin kamu menemaninya di acara
minggu depan."
Chessa menerima secarik
kertas dari ibunya lalu memerhatikannya dg seksama.
"Talk
show:Manajamen Cinta... Menikah sambil Kuliah? Kenapa tidak!" Chessa
membacanya perlahan,"Oh,mungkin Mas Faris ingin Chessa menemaninya ditalk
show ini,Bu"
Ibu Chessa mengangguk
berkali-kali.
"Hore!!!
Akhirnya,Chessa bisa jalan2 dg Mas Faris! Tapi kok tema talk shownya aneh
banget ya,Bu?
Chessa kan masih anak2!
Lagipula,nggak biasanya Mas Faris pake ajak Chessa diacara kampusnya.Tapi nggak
papa,deh! Yg penting bisa jalan berduaan dg Mas Faris!"
Seketika Chessa
langsung memeluk ibunya dg erat sembari melambungkan angan indahnya bersama
kakaknya.
Mila kembali merapikan
bunga2 potong di ember dan buah yg tertata dirak.Sesekali ia menengok jam
tangan yg melingkar ditangan kanannya.
Ia cemas,ia menunggu
Faris untuk menggantikannya di kedai karena Mila harus segera bersiap untuk
kuliah.
Sementara Lilis sudah
pulang lebih dulu.Ferdian yg biasa menggantikan Mila siang itu sedang pulang
kekediri.Terpaksa Faris yg harus menggantikannya.Sebenarnya Faris hanya
bertugas menyortasi buah dan bunga yg layak jual,tetapi seringkali ia juga
menemani Ferdian menjaga kedainya disore hari.
"Afwan,Ukhti.Tadi
ada mahasiswa yg ingin bimbingan.Materinya agak rumit,jadi agak lama padahal
semestinya,jadwal bimbingannya kemaren sabtu.
Kedatangan Faris yg
tiba2 membuat Mila sedikit terkejut.
"Ah,nggak
apa-apa.Belum telat kok"Jawab Mila sembari menundukan kepala, "Oh,ya
tadi pagi,Ada Pak Herman kesini.Beliau ingin memesan 100 buah semangka untuk
dihidangkan dipesta pernikahan putrinya."
"Oh,ya?
Kapan?"
"Sekitar 2 minggu
lagi.Beliau juga memesan beberapa macam bunga untuk dekorasi pelaminannya.
Pesanan lengkapnya ada didalam laci,Mas."
"Baiklah.Segera
saja akan kuhubungi Mahar untuk menyiapkan segalanya,semoga semua bisa
terpenuhi."
"Oh,ya.Tadi pagi
Mas Faris buru2 pergi,padahal ada brownies,"kata Mila sembari membuka
kotak yg berisi brownies dan meletakannya dimeja samping Faris.
"Subhanallah!
Jazakillah ya,ukh.Brownies coklat ya! Buatan sendiri,nih? Ah,sayang Ferdian
nggak ada.Ia juga suka banget lho dg brownies buatanmu!"
Mila tak menjawab.Hanya
tersenyum dg tetap menahan pandangannya.Sementara Faris segera mengambil tempat
duduk.Kemudian langsung memotong brownies tersebut dan menyantapnya.
"Sekarang saya
pulang dulu.Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam
warahmatullah... Jazakillah ya,ukh" kata Faris dg mulut yg belepotan
brownies.
"Mil... Mil...
Sabtu depan kamu datang ke talk showkan?"
"Insya
Allah..."
"Apa saya bisa
minta tolong?"
"Apa ya,Mas?"
"Chessa... Kamu
kenal dia kan? Insya Allah,Ia akan datang ke talk show jika memang jadi
datang,tolong kamu temani dia ya... Bisa kan?"
"Mil... Mil...
Sebentar Mil..." Mila yg telah ditepi jalan raya,hendak
menyeberang,terpaksa harus kembali ke kedai.
"Iya,Mas.Ada
apa?"
"Kalau Chessa
menggunakan pakaian yg seronok,tolong minta dia ganti pakaian untuk itu,bawakan
juga gamis panjang dan kerudung yg bagus dan sesuai untuknya.Jika ia tak mau
ganti,bilang saja saya yg nyuruh!"
"Baik,Mas.Sudah
Mas? Ada lagi?"
Faris hanya nyengir
"Mil... Mil..."
"Apa
lagi,Mas?!!" tanya Mila sewot tapi tetap menundukan kepala.
"Jazakillah
ya..."
Mila tersenyum sambil
menggeleng-gelengkan kepala berkali-kali,"Mila pulang
dulu,Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam
warahmatullah..."
Faris segera mengambil
daftar pesanan Pak Herman lalu menghubungi Mahardiansyah guna memastikan pesanan2
dapat terpenuhi semua.Mahardiansyah bekerja dikebun cangar,kebun penelitian
milik Fakultas pertanian UNIBRAW.Dikebun yg luasnya berhektar-hektar
tersebut,dikembangkan sebagai penelitian berbasis pertanian organik.Hampir
semua tanaman yg dibudidayakan dikebun cangar adalah organik hanya beberapa
lahan saja yg tidak menggunakan sistim pertanian organik.
Semua buah-buahan yg
dijual dikedai Evergreen semua berasal dari kebun Cangar dan dapat dipastikan
organik.Setiap pekan atau jika ada tambahan pesanan,Mahardiansyah selalu
mengirimkan buah2 organik hasil dari kebun Cangar ke kedai Evergreen.
Pada awal perintisan
kedai Evergreen oleh Faris dan Mahardiansyah dulu mereka sering belanja
buah-buahan dipasar Dinoyo namun buah-buahan yg ada dipasar Dinoyo tidaklah
organik seperti dari kebun Cangar.Harganya pun jauh lebih murah jika
dibandingkan dg buah-buahan organik.
Tapi konsumen sekarang
banyak memilih buah-buahan organik.Mereka tahu akan manfaat dan kandungan
vitamin dalam buah organik lebih banyak daripada non organik
Selain buah terasa
lebih segar karena perawatannya tanpa menggunakan bahan2 kimia.Meskipun para
konsumen harus merogoh kocek lebih banyak ketimbang untuk membeli buah non
organik.
"Kalau untuk 100
buah semangka kayaknya tidak ada dikebun mungkin hanya sekitar 70 buah saja
tapi nanti aku carikan kekurangannya dipetani sekitar semoga saja bisa
terpenuhi 100 buah!"kata Mahardiansyah via ponsel.
"Baiklah.Jazakkallah,Har!"
"Bagaimana kabar
Mila,Ris?"
"Alhamdulillah,Insya
Allah adikmu baik2 saja.Baru saja ia pulang."
"Tolong jaga dia
ya,Ris.Jangan sampai ia kena virus merah jambu! Aku ingin ia konsen kuliah
dulu!"
"Mila jatuh cinta?
Kamu nggak salah,Har? Ia terlihat baik2 saja lagipula jika Mila ingin segera
menikah bukankah itu hal yg bagus? Kamu sendiri nikah saat semester 4.
"Nggak semudah
itu,Ris! Mauku juga begitu,ketika ia dah mantep ingin cepat menikah,aku
memilihkan suami yg saleh dan cocok untuknya.Tapi masalahnya..."
"Masalahnya
apa,Har?"
"Ah,sudahlah Ris!
Yg jelas tolong jaga Mila untukku jika Ia sedikit saja salah jalan,tegur saja
dia.Ngerti kan maksudku?"
"Baiklah,Har!
Besok akan kusampaikan salam dan nasihat darimu untuk Mila"
Setelah mengakhiri
pembicaraan.Faris bertanya-tanya dalam hati.Apakah memang benar jika Mila
segera ingin menikah? Dengan siapa? Subhanallah! Jangan2 lelaki yg dimaksud
adalah Ferdian? Bisik Faris dalam hati.Ia teringat beberapa hari yg
lalu,Ferdian bercerita banyak tentang perasaannya kepada Mila.
Wah! Gawat nih! Mereka
harus segera dikarantina! Agar nggak salah arah! Faris berpikir keras mencari
jalan keluar bagaimana caranya agar mereka tidak saling berdekatan.
Bagaimanapun,virus
merah jambu sangat canggih dan ganas dalam penularannya tapi virus merah jambu
akan terasa semanis madu setelah pernikahan yg penuh berkah terjadi.
Saat Faris tengah
berpikir menemukan cara untuk menetralisir virus merah jambu yg terjadi
diantara Ferdian dan Mila,sebuah taxi biru berhenti tepat didepan kedainya.
Seorang lelaki yg
berusia sekitar 60 tahun keluar dari mobil dg sebuah tongkat ditangannya.Meski
menggunakan tongkat,lelaki tua tersebut terlihat masih tegap dalam
berjalan.Sementara sopir taxi berjalan mengiringnya.Faris mengucapkan salam
terlebih dahulu sembari melemparkan senyuman kepada mereka.Lelaki tua bernama
Pak Burhan,pengusaha bisnis properti dikota Malang.
"Kamu benar,Ris!
Buah organik memang terasa beda.Sekarang saya ingin melon organik itu
lagi" ucap Pak Burhan semangat
"Selain lebih
segar,buah organik memang lebih menyehatkan karena memang tanpa residu bahan kimia
didalamnya,"kata Faris sambil memilih melon terbaik untuk pelanggannya
tersebut.
"Begitukah caramu
memilih melon?"
"Iya,Pak.Melon yg
manis biasanya ditandai dg patahan tangkainya atau butterspotnya terlihat mekar
dan berwarna kekuningan.Selain itu,melon yg guratan uratnya banyak dan tebal
seperti ini adalah tanda buah sudah matang sewaktu dipanen dan yg paling
mudah,tanda melon itu bagus adalah baunya wangi"
Sementara itu Pak
Burhan hanya mengangguk -angguk sembari memerhatikan ember yg berisi mawar
merah.
"Mawar merah ini
cocok untuk ibu"kata Faris saat memberikan setangkai mawar merah pada Pak
Burhan tetapi Pak Burhan malah tertawa berbahak sampai terbatuk-batuk
"Itukan bagi
kalian yg muda-muda masak sudah kaki-kaki seperti ini mau berikan gituan pada
istrinya ngawur kamu,Ris!"
"Eh,jangan
salah,Pak.Justru kedai ini melarang kerar jika untuk muda-mudi yg beli bunga
dikedai ini untuk pacarnya! Tapi jika untuk istri,suami,keluarga maka kami akan
berikan potongan harga atau bonus bunga! Lha seperti promo ini,Pak!"jelas
Faris sembari menunjukan promo didinding kedai,"UMMI DAY:Hari Bunga Untuk
Ibu".
Maksudnya disetiap hari
sabtu dan minggu,kedai kami akan memberikan bonus 1 buket bunga bagi pelanggan
yg membelikan bunga untuk Ibu atau Istrinya! Jadi beli satu buket dapat 2 buket
bunga!"
Lelaki tua itu tetap
tertawa meski Faris telah menjelaskannya dg panjang lebar.
"Tapi aku
malu,Ris! Selama ini,aku tak pernah memberikan bunga untuk Istriku jangankan
bunga,kata cinta saja tak pernah aku ucapkan setelah kami menikah"
"Makanya,Pak.Inilah
saat yg tepat untuk menyatakan cinta dan sayang Bapak pada Ibu.Ibu pasti akan
bahagia sekali menerima bunga ini terkadang memang ada hal tertentu yg tak bisa
diucapkan dg kata2.Lha,dg bunga inilah,Bapak bisa menyelipkan kata cinta untuk
Ibu"
Tiba-tiba mata lelaki
tua itu berkaca-kaca,"Terserah kamulah,Ris! Bungkuskan mawar itu
untukku!"
"Baik,Pak.Karena
hari ini program spesial UMMI DAY,maka Bapak mendapat 2 buket mawar merah dg
cukup membayar 1 buket saja."
"Terima
kasih,Ris.Tapi jangan lupa bungkuskan juga 2 melon yg kau pilihkan tadi"
"Siap,Pak!"
Faris dg cekatan
membungkus semua pesanan Pak Burhan
Tepat jam 9 malam,semua
penerangan didalam masjid telah mati tinggal beberapa lampu diserambi masjid yg
masih dibiarkan benderang.Beberapa jamaah yg menghabiskan selepas isya tadi dg
membaca Al-Qur'an dimasjid,kini telah pulang.Gorden telah tertutup rapat,begitu
juga pintu dan jendela2.Faris segera mengunci pintu gerbang depan masjid rapat2
lalu Ia bergabung dg Sais dan Ferdian yg telah menunggunya dikamar ta'mir.
Ferdian baru saja
kembali dari kediri ba'da Ashar tadi.Sekarang mereka bertiga sedang menikmati camilan
yg dibawa Ferdian,sembari bercerita tentang kesehatan Ibu Ferdian yg sudah
mulai membaik.
Sejak awal kuliah di
DIII pertanian hingga transfer ke SI dan melanjutkan S2 Management
UNIBRAW,Faris telah tinggal dimasjid tersebut jadi hampir 7tahun,Ia telah
menjadi ta'mir masjid terbesar dikelurahan Ketawanggede tersebut.Baginya,sebuah
keuntungan bisa mengabdikan diri di rumah Allah.Merawat,menjaga dan meramaikan
masjid.
Tak saja berburu amal
yg baik dg menjadi imam shalat berjamaah,adzan,iqamah,hingga menyapu dan
mengepel lantai serta membersihkan kaca jendela agar tak berdebu dan segala
aktivitas lain.Dan yg terpenting shalat jamaah Faris selalu terjaga.
Seringkali Faris
mendapat tawaran untuk kos,kontrakan bahkan ada teman yg rela menitipkan rumah
disuatu perumahan untuk Faris tinggali tapi Ia menolaknya bukan karena tak
mampu untuk sekadar cari kos atau ingin ngirit dg tinggal dimasjid.Gajinya
sebagai dosen dan ditambah laba lain dibeberapa lini usaha yg dibangunnya dg
beberapa temannya lebih dari cukup untuk cari kos atau rumah kontrakan.
Bagi Faris,tak ada yg
lebih indah dibandingkan jika diingatkan untuk selalu mendekatkan diri kepada
Allah.Saat didalam masjid tersebut,dada Faris selalu berdebaran tasbih dan
gemuruh zikir.Selalu saja Ia ingin cepat2 memperbarui wudhunya,Shalat 2 rakaat
lalu mengisi waktu dg membaca Al-Qur'an selalu saja Ia merasa berdesakan dg
ribuan malaikat yg sedang bertasbih,lalu membangunkanmya disepertiga malam
terakhir,saat tiba2 ia tertidur dalam i'tikafnya.selalu saja.
Sementara Ferdian sudah
2tahun tinggal dimasjid tersebut sedangkan Sais baru setahun yg lalu.Sais masih
aktif dibangku S1 jurusan budidaya perikanan dan Ferdian sedang mengerjakan
proposal untuk skripsinya dijurusan peternakan.Pendahulu mereka berdua sudah kembali
ke daerah asal setelah menuntaskan S1 hanya Fasis yg masih bertahan dimasjid
tersebut.Ia tak mungkin malu tinggal dirumah Allah malah sebuah kehormatan.
Meski tinggal
dimasjid,Faris memiliki beberapa lini usaha yg bekerja sama dg teman atau
instansi.Baik teman seketika S1 dulu atau saat S2 sekarang ini.Bahkan Faris
juga terlibat beberapa proyek yg dikembangkan oleh beberapa dosen senior di
UNIBRAW.
"Oh ya,Fer!
Sebenarnya ide ini sudah aku endapkan selama berbulan-bulan.Aku ingin segera
merealisasikannya aku butuh bantuanmu,Fer!"
"Bisnis atau
bukan? Kalau bisnis it's oke-lah!"
"Kapan aku pernah
bicara bukan soal bisnis? Selalu uang dan uang!"
Mereka tertawa bersama
sementara Sais membuka jendela kamar tersebut.Sedetik kemudian angin malam
merangsek masuk,menyelinap pada poster besar bergambar ka'bah dan masjidil
haram didinding kamar.Poster tersebut sedikit mengembang karena berangin untung
saja ada paku yg kuat menahannya.
"Proyek ini
memiliki konsep sebuah kepedulian lingkungan bernama Town Clean dan Care.Town
Clean dan Care ini mempunyai tugas untuk membebaskan kawasan kita dari
sampah.Kamu tahu sendirikan,Fer.Dilingkungan koskosan elite di gang Watu Gong
dan sekitarnya,banyak sampah yg masih berserakan dan kurang terkontrol
kebersihannya memang telah disediakan banyak tong sampah tapi kebanyakan telah
penuh hingga meluber dan mengotori jalan sehingga menyebabkan bau disana sini
pemandanganpun jadi kurang nyaman.Kos elite pun jadi tanpak kumuh.
Itu mungkin karena
sedikitnya jumlah personel kebersihan yg dikerahkan sedangkan area yg harus
mereka tangani sangat luas sekali.Nah,kita nih nantinya atas nama Remaja Masjid
peduli lingkungan berperan sebagai pihak swasta yg ikut membantu pemerintah
dalam rangka membersihkan lingkungan kita ni dri sampah"
Faris berhenti
sebentar,membiarkan Ferdian terlihat terbius dg perkataannya kemudian Faris
melanjutkan kembali, "Lha bentuknya,Fer.Kita akan memberikan 2 kantong
sampah yg berukuran sedang untuk kos-kosan atau rumah makan yg mau kita kelola
sampahnya.2 kantong sampah itu maksudnya,satu untuk sampah kering dan satu lagi
untuk sampah basah.2 kantong tersebut dapat diletakkan didalam atau disamping
kos.Pemilik kos dan penghuni kos nya tak perlu repot2 membuang sampah keluar
rumah jadi tong sampah didepan kosan mereka hanya akan jadi tong sampah buat
sampah yg ada dijalan.
"Lha,kita
Fer.Setiap sore atau sekitar bada Ashar,kita akan mengambil satu persatu
kantong sampah dikos-kosan lalu mengangkutnya dg mobil pick up dan membawanya
ketempat pembuangan sampah supit Urang kota Malang.Jika memungkinkan kedepan
kita juga bisa bekerja sama dg pihak pengelola sampah organik,agar sampah2 itu
diolah menjadi kompos atau mungkin bekerja sama dg pengrajin daur ulang dari
sampah.
"Kita nanti
bekerja secara profosional dan serapi mungkin,Fer.Jangan sampai terlihat kumuh
dan jorok.Sampah boleh kotor tapi kita sebagai agen lingkungan yg sebenarnya
nih,nggak boleh terlihat kotor.Harus bersih!
"Nah! Sekarang
masuk itung-itungan bisnis! Dengarkan,Fer! Setiap kos-kosan atau rumah makan yg
ikut dalam program kita nih,Fer.Wajib membayar infaq sebesar 1000 rupiah
perhari untuk 2 katong sampahnya.Insya Allah,Ibu kos elite atau rumah makan
banyak yg mau kok untuk membayar segitu agar lingkungannya terlihat bersih.Ia
pun tak perlu repot2 gembar-gembor ke mahasiswa yg kos untuk buang sampah yg
ada dikamarnya yg telah menggunung mereka cukup memasukkan sampah kekantong
sampah yg kita sediakan didekat mereka.Mereka tak akan merasa jorok dg kantong
sampah tersebut karena setiap hari kita mengambil kantong sampah2 tersebut lalu
kita menggantinya dg kantong sampah yg bersih.
"Coba saja kamu
itung sendiri,jika seandainya ada 100 saja kos-kosan atau rumah makan yg ikut
program ini sehari saja,kita sudah mengumpulkan 100.000
Sebulan? Itung aja
sendiri! Tapi tidak semua itu hak kija,Fer.Dari 1000 rupiah tersebut,500 rupiah
saja menjadi milik kita sedangkan sisanya untuk beli bensin mobil pick up dan
ongkos cuci kantong sampah selebihnya adalah sedekah kita kemasjid ini untuk
mobil pick up nya nanti aku usahakan pinjam saja pada seorang teman di S2.Ia
seorang kontraktor yg akrab sekali denganku jadi kita tak perlu keluarkan uang
untuk sewa mobil."
Ferdian terlihat serius
sekali mendengarkan penjelasan Faris.Seakan membenarkan apa yg baru saja
didengarnya.
"Lha,masalahnya,Fer.Saat
ini hanya kamu yg bisa mengemudikan mobil untuk itulah,aku meminta bantuanmu
untuk mengemudikan mobil pick up yg akan kita gunakan nanti untuk mengangkut
kantong sampah dari kos-kosan.Bagaimana,Fer? Aku yakin kamu pasti setuju!"
"Lalu bagaimana dg
kedainya?"
"Beberapa bulan
lalu,Mila bercerita bahwa sebenarnya Vika,adik kosnya ingin bekerja
dikedai.Mungkin sekaranglah saat yg tepat untuk sementara membantu mereka saat
sebelum kedai buka dan saat hendak tutup tapi untuk pagi dan sore hari biar
Mila,Lilis dan Vika yg menjaganya kau tak perlu lagi menghabiskan waktu siangmu
dikedai.Dengan program Town Clean dan Care,kau bisa bekerja sedikit waktu tapi
dg hasil yg lumayan untuk sementara,biar aku saja yg menemanimu bekerja untuk 1
atau 2 bulan pertama.Untuk selanjutnya biar Sais atau lainnya saja yg
menemanimu.Bagaimana,Is? Mau nggak?"
"Siap!!!"
tiba2 Sais menyalak dg semangat.
"Baiklah.Aku
bersedia ikut proyek ini "ujar Ferdian yg tak kalah semangat.
"Nah! Tinggal besok
kita bicarakan ini lebih lanjut dg Pak H.Abidin,selaku ta'mir masjid ini
kemudian kita buat proposal dan kita ajukan ke Pak RT pihak pengelola TPS dan
lain2"kata Faris mengakhiri pembicaraan.
Faris akhirnya bernafas
lega karena rencana untuk memisahkan Ferdian dan Mila untuk sementara waktu
akan segera terwujud
Dalam pikiran
Faris,jika Ferdian tetap dibiarkan bekerja dikedai dan tiap hari ketemu dg
Mila,maka rentan sekali tumbuh virus Merah Jambu yg mengkhawatirkan apalagi
Faris teringat dg pembicaraan dg Mahardiansyah siang tadi bahwa jika Mila ingin
segera menikah dg lelaki.Sementara lelaki itu belum siap untuk menikah dalam
benak Faris,ketidaksiapan Ferdian untuk menikah mungkin karena faktor ekonomi
untuk itu,Faris ingin membantu Ferdian untuk berwirausaha dalam bentuk program
Town Clean dan Care tersebut selain nantinya,Faris juga akan melibatkan Ferdian
kebeberapa lini usaha yg telah Faris kelola.
Senandung nasyid telah
terdengar syahdu diluar halaman gedung Samantha Krida.Terlihat beberapa mahasiswa
saling bercengkrama didepan gedung ada pula yg sedang menikmati jajanan buku
dari stand yg disediakan panitia didepan dan samping gedung tapi sebagian besar
mahasiswa berada dalam gedung karena sebentar lagi Talk Show Manajamen Cinta
segera dimulai beberapa pot yg berisi pohon bambu hias nampak berjajar tapi
membelah antara peserta putra dan putri.
Untuk
sementara,terlihat jumlah putri 2 kali lipat dari putra hingga membuat gedung
yg biasa sebagai tempat berlangsungnya wisuda dan dies natalis kampus tersebut
terasa jadi lautan jilbab.
Talk Show tersebut
menghadirkan Ust.Salim Abdullah dari Yogyakarta dan Ust.Anif Sirsaeba dari
semarang sebagai pembicara yg didampingi seorang motivator lokal dari Malang
sendiri.
"Mbak Mila,apa
nggak apa2 nih,Chessa pakai ginian? Kayaknya semua yg hadir pakaiannya longgar2
sedangkan Chessa?"tanya Chessa ragu2 pada Mila.Nampak mereka berjalan dg
sedikit tergesa.Mila terpaksa menghentikan langkahnya dan memandang Chessa.
"Nggak apa2
kok,Chess! Toh,kamu telah berjilbab dan menutup aurat"
"Tapi,Mbak.Pakaian
Chessa kan agak ketat kerudung Chessa juga kecil"
"Baiklah kalau
kamu merasa nggak nyaman dg pakaianmu,kebetulan Mbak membawa satu gamis panjang
dan kerudung lebar dalam tas Mbak.Kamu bisa memakainya"
"Oh,ya?! Ya,Mbak.Chessa
mau!"
"Baiklah.Ayo
sekarang kita kemasjid kampus kamu nanti bisa ganti dikamar mandinya tapi
cepat,ya! Acaranya sudah dimulai tuh!"
Karena letak gedung
Samantha Krida berdekatan dg masjid kampus Raden Fatah UNIBRAW,suara tepuk
tangan dan gema takbir pun terdengar membahana.Pertanda Talk Show telah dimulai
dan itu membuat Mila cemas.Mila tak ingin kehilangan waktu sedetikpun untuk
menyaksikan 2 Ustadz favoritnya sedang berbagi ilmu.Mila juga telah membawa
buku"Terapi Virus Merah Jambu" karya Ustadz Anif Sirsaeba dan
"Bersenandung Diatas Awan Cinta" karya Ustadz Salim Abdulah.Ia
berharap akan mendapatkan tanda tangan dari mereka.
Cepat Chess... Cepat...
Cepat... Lirih Mila dalam hati sambil menangkupkan kedua tangan didekat
bibirnya yg tak henti seperti berkomat kamit.Mila yg menunggunya dihalaman
masjid kampus nampak cemas,sementara Chessa sedang mengganti pakaian.Ia
berjalan mondar-mandir kesana kemari.Mila cemas sekali.Sesekali matanya tertuju
dalam Gedung Samantha Krida.
Beberapa menit kemudian,Chessa
keluar dari masjid.Chessa terlihat anggun sekali dg gamis panjang warna merah
marun dg kerudung putih bermotif bunga yg jatuh melambai sepinggang.
"Wah,kamu cantik
sekali,Chess!"
"Makasiiih...
Chesa merasa jadi Fatimah Az-Zahra!"
"Ayo,Chess! Cepat
kita masuk kedalam gedung" Mila menarik tangan Chessa dan mereka pun
setengah berlari menuju gedung Samantha krida.
Mereka segera mencari
tempat yg kosong tentu yg tersisa dibagian belakang.Mila tidak mau,Mila segera
menarik tangan Chessa kembali untuk diajaknya kebagian tengah.
Permisi... Afwan...
Permisi... Kata Mila tersenyum setiap melewati peserta Talk Show.Akhirnya
mereka mendapatkan tempat duduk yg nyaris bagian terdepan meski sedikit
berdesakan,tapi Mila senang bisa melihat jelas 2 Ustadz favoritnya mata Mila
berbinar penuh semangat sedangkan Chessa sedang asyik merapikan letak
kerudungnya.
"Mas Faris mana
ya,Mbak?"bisik Chessa
"Ssstt... Nanti
saja bicaranya!"isyarat Mila dg jari telunjuk dibibirnya
Chessa menuruti
permimtaan Mila.Kedua kini hanyut dalam suasana Talk Show yg penuh semangat
terlebih Ustadz Anif Sirsaeba yg juga seorang motivator berhasil memprograganda
peserta Talk Show dg baik gayanya yg blak-blakan,humoris dan ceplas-ceplos
telah menyihir seluruh peserta Talk Show.Kedua pembicara tersebut selalu
menyerukan untuk segera menikah dini agar dampak Virus Merah Jambu tidaklah
negatif.Talk Show pun terlihat semarak dan hidup terutama bagi Mila.
Meski awalnya Chessa
malas untuk berangkat karena bukanlah Faris yg menemaninya tetapi Mila.Padahal
setelah Chessa menerima undangan untuk hadir di Talk Shom dari Faris,Ia tlah
berkhayal akan bersama seharian dg Faris.
Karena Farislah yg
meminta Chessa untuk menemaninya tapi khayalannya tersebut buyar saat melihat
langsung Talk Show.Chessa menganggap Faris telah mengkhianati janji mulanya
Chessa kecewa dg sikap Faris,tapi tidak lagi setelah melihat acara tersebut
namun sesekali mata Chessa berlarian kesana kemari berharap menemukan sosok yg
paling ia kagumi diantara puluhan peserta Talk Show tapi Chessa tetap
gagal.Chessa tak menemukan Faris.
Seusai acara,Mila
mengantar Chessa pulang.
"Afwan
ya,Chess.Mas Faris nggak bisa temanimu hari ini"
"Ah,nggak apa2
kok,Mbak.Awalnya memang Chessa berpikir macam2.Chessa pikir bisa bersamaan
seharian dan bergandengan tangan dg Mas Faris tapi setelah tahu dari penjelasan
Ustadz tadi,jika yg begituan itu nggak boleh"
Mila tersenyum
mendengar penuturan Chessa.
"Oh ya,Chess!
Sebenarnya rencananya Mas Faris juga datang diacara ini tetapi pagi2 Ia harus
berangkat ke Cangar untuk menemui kakakku disana.Ada pesanan buah dan bunga yg
sangat banyak buat minggu depan jadi harus dipersiapkan mulai sekarang
lagipula,Mas Faris ada pertemuan rutin nanti sore disana"
"Tapi kenapa Mas
Faris bilang ingin Chessa yg menemani?"
"Oh,jika Mas Faris
nggak bilang gitu,Chessa pasti akan malas datang tapi kamu nggak marahkan,tadi
Mbak yg jemput bukan Mas Faris?"
"Awalnya sih
iya,Mbak.Tapi sekarang nggak lagi Chessa senang sekali ada banyak ilmu baru
buat Chessa apalagi sebentar lagi Chessa mau masuk kuliah.Chessa harus pinter2
jaga pergaulan!"
Mila tersenyum sembari
menatap Chessa yg benar2 anggun dg kerudung putihnya.
"Eh,Mbak.Kenapa ya
Chessa semakin nyaman dg memakai gamis ini? Damai sekali rasanya kok kalau
Chessa rasa dg memakai gamis dan jilbab,Chessa merasa selalu ingin tertunduk
dan menjaga pandangan ada apanya ya Mbak.Chessa kok merasa aneh,tapi
indah..."
"Itu artinya ada
tanda2 cinta dari Allah,Allah Yubaarik Fik,Chessa! Segera saja kauyakinkan
dirimu untuk terus memakainya"kata Mila lirih
"Insya
Allah,Mbak,"jawab Chessa.Acara Talk Show tlah selesai. Sementara hangat
sinar matahari sore itu menemani langkah2 kecil mereka untuk kembali pulang.
Petang itu,sinar
matahari terasa hangat senja perpisahan yg ditawarkanya mampu menyihir sebagian
bumi menjadi hamparan emas hingga tak ternilai harganya.Kawasan burung dg
formasi unik,nampak seakan bermigrasi formasi mirip huruf V dg ujung lancip
didepan mirip mata panah konon formasi tersebut memang sengaja dibentuk oleh
jamaah burung untuk berbagi kuat arus angin.Kepakan burung yg berada didepan
memberikan arus angin bagi burung yg ada dibelakang namun agak serong
sedikit.Begitu seterusnya untuk itu,seorang burung pemimpin haruslah kuat dalam
mengantarkan saudara2 nya yg lain sedangkan jamaah dibelakangnya bertugas
memberi yel2 dan genderang semangat.
Sementara itu,angin
masih bertingkah rimgan diranting pepohonan Villa yg bergaya khas Indonesia
tersebut terletak ditepian Songgoriti,salah satu kawasan Villa di Batu
Malang.Villa yg tidak ingin terjebak dalam satu prinsip dominasi-misal unsur
Jawa,Sunda,Thionghoa ataupun minimalis-itu nampak berdiri anggun diatas tanah
seluas 4.000 m2.Sementara luas rumahnya sendiri adalah 400 m2.Sebuah Vila yg
mengusung konsep menyatu dg alam tersebut mengombinasikan unsur kayu,batu,air
dan bunga sebagai cerminan nuasa alam tropis khas Indonesia.
Sedangkan foyer yg
membelah 2 ruangan yakni ruangan depan dan tengah adalah sebuah taman
sederhana.Ada kolam kecil yg ditumbuhi teratai diatasnya sementara bagian tengah
kolam terdapat air mancur yg gemericik jernih berjatuhan diatas daun teratai.Di
sekeliling kolam tumbuh pula bunga krisan putih seakan menambah keanggunan vila
tersebut yg memang didominasi warna putih mulai dari
tembok,granit,gorden,sofa,aksesoris ruangan hingga bunga2 nya semuanya berwarna
putih adapun bagian atas taman tersebut dari plastik sehingga sinar matahari
dapat leluasa masuk kedalamnya.
Vila cantik ini milik
Faris dan Mahardiansyah.Baru 2 tahun Vila ini berdiri.Mereka sendirilah yg
mendesain vila yg tak disewakan ini.Vila ini sengaja dibangun untuk tempat
berlibur bagi mereka baik keluarga Faris/keluarga Mahardiansyah Karena hanya
Mahardiansyah saja yg telah berkeluarga maka sementara ini hanya
Mahardiansyahlah yg paling sering memanfaatkan vila ini disetiap akhir
pekannya.
Sebuah halaqah kecil
sedang berlangsung dalam vila tersebut diawali dg shalat ashar berjamaah dan
pembacaan doa Al-Ma'tsurat bersama kemudian dilanjutkan dg kajian keislaman
oleh Ustadz Fauzan dari Singosari Malang.Berteman teh hangat dari daun
pepermint yg menyegarkan dan beralaskan permadani tebal,Halaqahpun berlangsung.
Tampak Faris dan
Mahardiansyah bergabung dalam pertemuan kecil tersebut.Mabit Halaqah yg
dihadiri oleh 6 orang itu berlangsung setiap pekan sekali dg mengagendakan
mabit setiap bulannya divila tersebut mereka menginap semalam divila
itu.Profesi mereka pun bermacam macam.Pak Hadi seorang pengajar di MAN I
Malang,Pak Rasyid seorang dosen di UNISMA,Pak Salahuddin Ali yg seorang petani
Apel yg sukses hingga Pak Nanang yg pensiun PNS.Mereka tak hanya ikut halaqah
bulanan divila tersebut tapi juga mengikuti mabit halaqah pekanan ditempat yg
berbeda.
Kini matahari telah
menghilang dibalik bukht tapi semburat warna jingganya masih memaksakan diri
untuk menerobos ranting dan daunan pepohonan yg menghujam kelangit.Halaqah pun
berakhir seiring tergelincirnya senja.Hanya Mutaba'ah Amalan Yaumiyah dan
percakapan kecil yg sedang berlangsung.
"Bagaimana.Pak
Faris apa masih semangat nih untuk ke Makkah?"tanya Ustadz Fauzan sembari
membenarkan letak kaca matanya.
"Insya allah!
Mohon doa restunya,Ustadz!"jawab Faris penuh keyakinan.
Haji! Bagi Faris,tak
ada yg mengobsesi dirinya selain untuk segera menunaikan Rukun Islam yg ke 5
tersebut dadanya selalu gemuruh rindu begitu kata Makkah itu atau Haji
tersebut.Airmatanya selalu meleleh manakala ia mendengar seorang mengucapkan
Labbaik Allahumma Labbaik seketika itu angannya langsung berhambur dan terbang
menuju kota Makkah dan membayangkan dirinya sedang berada diantara ribuan
manusia yg sedang Thawaf mengelilingi Ka'bah.
Sementara awal kuliah
S1 dulu Faris memang telah ber azzam untuk segera memenuhi panggilan berhaji.Ia
pun mengumpulkan pundi2 bekal dari hasil jerih payahnya.Mulai dari jaga
parkir,loper koran sore,pencuci piring di kedai Pujasera,menjual buah dan
sayuran,bisnis pembuatan Bokashi dan media tanam hingga mendirikan kedai
Evergreen bersama Mahardiansyah dan beberapa lini bisnis yg dibentuknya bersama
rekan dosen yg lain.
Tak mudah bagi Faris
melewati semua ini ada banyak halangan yg harus Faris tempuh.Apapun bentuk
pekerjaannya asal halal dan menguntungkan maka Faris akan melakoninya agar bekal
berhaji segera terkumpul.Padahal Faris juga membiayai ke 2 adik perempuannya yg
masih duduk diperguruan tinggi selain membiayai kuliah S2 nya sendiri tapi
Azzam telah terpahat dalam hati Faris agar niatan berhaji bersama Ibunya
tercinta segera terwujud meski harus tertatih dan seringkali terjungkal dalan
mengumpulkan bekal Ongkos Naik Haji(ONH).
Bagi Faris,haji jangan
menunggu tua karena Ibadah Haji membutuhkan kondisi fisik yg prima jika kondisi
badan baik maka ibadah2 sunah selama berhaji selain syarat dan rukun haji pun
dapat terjalani dg optimal bukankah Allah akan melipatgandakan pahala menjadi
100.000 bagi seorang yg bersimpuh di Masjiddil Haram? Karena itulah,Faris ingin
segera berhaji mumpung masih muda bahkan keinginannya berhaji jauh melebihi keinginannya
untuk menikah.Ia ingin haji dulu bersama Ibudannya baru menikah.
"Jika memang demikian,selanjutnya yg perlu dibenahi
kembali adalah niat,Ris.Dibutuhkan Azzam yg kuat dan ketulusan niatan hati
dalam berhaji,meski ada 15 tempat yg mustajab di Makkah tapi tidak boleh niat
ingin ke Makkah hanya sekadar dapat berdoa ditempat2 tersebut karena ingin doa
mustajab melainkan haji adalah rangkaian perjalanan spiritual untuk mendekatkan
diri kepada Sang Khaliq sebagaimana yg dijelaskan Dr.Ali Syariati,bahwa ibadah
haji menggambarkan kepulangan kita kepada Allah.
Pulang kepada Allah
menunjukan suatu gerakan yg pasti menuju kesempurnaan,kebaikan,keindaha
n,kekuatan,pengetahuan,nilai2
dan fakta2.Berhaji harus benar2 karena Allah semata karena tak ada yg pantas
balasan bagi haji yg mabrur kecuali surga baginya.
"Namun,kamu jangan sampai melewatkan untuk berdoa di
15 tempat tersebut sebagaimana sabda Rasulullah riwayat Imam At Thabrani
"Tidak ada tempat diatas bumi ini 15 tempat yg mustajab untuk berdoa
kecuali hanya di Makkah yakni didalam Ka'bah,Hajar Aswad,Rukun Yamani,dibawah
talang mas(Mizab),Hijir Ismail,Multazam,dibelakang makam Ibrahim,sumur
Zamzam,Masy'aril Haram,diatas bukit Sofa,diatas bukit Marwah,ditempatWukuf
Arafah,ketika jumroh Aqabah,ketika jumrah Wustha,dan saat jumrah Ula."
jelas Ustadz Fauzan panjang lebar.
Kemudian Ustadz Fauzan
menambahkan kembali "Mumpung masih muda,memang harus segera berhaji saya
berhaji ketika mendekati umur 40 tahun saya menyesal mengapa tidak berhaji saja
saat berumur 27 sepertimu,Ris.Jika masih muda,pastilah saya tidak mudah letih
saat memperbanyak amalan sunnah ketika berhaji.
Berdoalah sebagaimana
Nabi Ibrahim berdoa "Ya Tuhan kami jadikanlah kami ber 2 orang yg tunduk
patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yg tunduk
patuh kepada Engkau dan tunjukanlah kepada kami cara2 dan tempat2 ibadah haji kami
dan terimalah taubat kami.Sesungguhnya Engkaulah yg Maha penerima taubat lagi
Maha penyayang"
Penjelasan panjang
lebar dari Ustadz Fauzan membuat dada Faris semakin gemuruh penuh rindu ingin
segera berhaji.Ia pejamkan matanya tak disadarinya air matanya menitik dipipi
terbayang bagaimana ia bersama ibunya melangsungkan kewajiban berhaji penuh
khusyuk.
Menjelang separo
malam,Faris dan Mahardiansyah masih diasyikkan oleh perbincangan diberanda vila
mereka.2 cangkir kopi telah mereka habiskan sementara Ustadz Fauzan dan yg lain
telah beristirahat agar sepertiga malam nanti dapat qiyamul lail bersama.Dari
balik jaket tebal mereka berdua berlindung dari dingin yg menghujam.
"Jadi kamu masih
semangat ya,Ris ingin segera berhaji muda?"
"Iya,Har.Kamu tahu
sendiri sejak aku kuliah disini dan berteman denganmu aku telah menyimpan
keinginan itu tepatnya sejak kelas 3 SMA.Aku ingin meneruskan niatan ayah yg
telah meninggal dunia saat hendak pergi haji.Rencananya,ayah berhaji bersama
Ibu saat itu,ayah semangat sekali untuk berhaji sering kali ia berdogeng
tentang Makkah dan Madinah lengkap dg cerita sejarah tentang Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail meski hanya berdasar buku tapi ayah mendongeng dg sangat menarik
menjelang sepekan keberangkatan tiba2 ayah sakit kondisi fisik ayah yg telah
renta membuatnya lemah,ayah meninggal.Sejak saat itulah,aku ber Azzam akan
berhaji selagi masih muda.
"Kamu kan juga
tahu sendiri,Har.Aku mati-matian kerja sejak awal kuliah dulu.Siang dan malam
selain aku harus membiayai kuliahku sendiri dan ke 2 adikku,aku juga harus
menyisihkan uang untuk ONH nanti semakin hari Azzam itu semakin
kuat.Terlebih,hampir setiap hari aku memutar film dokumenter tentang
Makkah,Ka'bah,Masjidil Haram,Madinah dg keajaiban2 yg Allah
karuniakan,membuatku semakin ingin untuk segera berhaji.Aku selalu menangis
saat mendengar kalimah talbiyah dikumandangkan"
Faris terdiam,tiba2
matanya basah semakin dingin terasa saat ingin menyentuh airmata dipipinya,lalu
Mahardiansyah memeluk sahabat yg selayak saudara itu.
"Semoga Allah
memberi keberkahan pada hidupmu,Ris.Semoga Allah memudahkan jalanmu untuk
segera berhaji"
"Amiin"
"Lalu bagaimana dg
kabar adikku,Mila,Ris?"
"Alhamdulillah.Insya
Allah,Mila baik2 saja.Sekarang mereka sedikit aku jauhkan agar sedikit meredam
jebakan2 Virus Merah Jambu.Caranya?"
"Sebentar,Ris!
Mereka? Siapa maksudmu mereka?"
"Ya,Mila dan
Ferdian! Kamu sendirikan yg bilang ditelepon kemarin bahwa mereka saling jatuh
cinta.Sehingga Mila ingin segera menikah sementara Ferdian belum siap terutama
kesiapan materi.Lha,sekarang aku sedang membantu Ferdian untuk menyiapkan"
"Astafirullahaladzim!
Yang aku maksud kemaren bukan Ferdian,Ris! Tapi kau,Ris!"
"Apa?! Aku?!
Aku?!" Faris terperajat hingga ia tak mampu meloloskan kata2 dari mulutnya
lalu mereka beristiqfar bersama.
"Jadi lelaki yg
kamu maksud kemaren adalah..."
Mahardiansyah hanya
mengangguk sekali lalu berkata, "Mila diam2 mencintaimu,Ris karenanya ia
ingin segera menikah sedangkan aku tahu kamu tak ingin menikah sebelum
berhaji,kan? Makanya aku ingin Mila konsen dulu pada kuliahnnya"
Faris tak berkata apa2
mulutnya membentuk hurup O.
"Lalu apa
menurutmu Ferdian mencintai Mila?"
"Iya,Har.Tapi...
Sebentar dulu,Har! Kenapa harus aku? Mila itu seperti adikku sendiri,Har!
Bahkan,selama ini aku tak menangkap yg mencurigakan dari sikap Mila.Ia biasa2
saja tuh.Nggak ada yg aneh!"
"Jelas saja kamu
nggak bisa merasakan,lha wong hanya ada Makkah dimatamu! Lagipula,sebenarnya ia
sering membuat brownies coklat untukmu tapi kamu hanya memakannya sedikit
selebihnya malah kamu berikan kepada Ferdi dan yg lain terkadang Mila kecewa
tapi ia terus saja membuat brownies"
Faris tertegun sejenak
"Afwan,Har.Aku
suka sekali dg brownies buatan adikmu karena saudaraku yg dimasjid juga banyak
jadi aku harus membaginya rata agar semuanya bisa merasakan brownies itu"
"Tadi kamu bilang
Ferdian..."
"Iya,Har.Ferdi
memang mencintai Mila.Ferdi sering bercerita padaku tentang perasaannya kepada
Mila.Aku pikir,Ferdianlah yg kamu maksud lelaki yg akan menikah dg Mila makanya
aku sengaja sedikit menjauhkan mereka"
"Dengan cara
apa?"
Kemudian Faris
menjelaskan panjang lebar tentang jasa pengambilan sampah yg telah ia rintis
bersama Ferdian.
"Sementara ini aku
dan Ferdian sendiri yg menangani program Town Clean dan Care jadi aku dan
Ferdian tak lagi dikedai kecuali saat kedai hendak buka dan tutup.Program Town
Clean dan Care ini sudah berjalan sejak 3hari yg lalu.Tanggapan masyarakat cukup
baik sekarang lebih dari 100 rumah yg menjadi anggota program ini dan jumlah
pelanggan terus bertambah jadi kami harus menambah personil nanti setelah
berjalan sebulan aku akan menyerahkan sepenuhnya program ini pada Ferdian.
Aku yakin jika setahun
program ini berjalan dg baik,maka Maisyah yg Ferdian miliki telah cukup untuk
meminang Mila.
"Aku sangat
percaya dg Ferdian.Ia teman terbaikku setelah kamu,Har.Makanya aku sangat
setuju jika Ferdian nantinya bersama Mila tetapi jika Ferdian dibiarkan terus
bertemu Mila dikedai aku khawatir terjadi hal2 yg kurang baik untuk itu aku
sengaja mengajak Ferdian untuk program Town Clean dan Clear ini"
"Tapi dugaanmu
salah,Ris! Kamulah yg Mila cintai bukan Ferdian!"
"Ah,itu soal
gampang,Har! Nanti kamu yg coba jelaskan pada Mila tentang ini aku yakin Mila
bisa menerima Ferdian."
"Apa menurutmu
semudah itu?!"
"Iya,kenapa
tidak?"
"Entahlah,Ris.Tapi
Mila sangat mencintaimu,Ris!"
"Ah,itu hanya soal
waktu,Har!"
Mereka lalu berdiam
sejenak memandang bunga2 bougenvile merah muda yg berguguran karena angin telah
menamparnya.
"Apa kamu telah
mencintai perempuan lain,Ris?"
Faris tersentak
kaget,Diam.Hanya menghela nafas panjang.
"Benarkah kamu
telah mencintai perempuan lain,Ris?"
Faris masih terdiam
Sementara itu,disebuah
kamar kos.Ada 2 orang gadis sedang bercanda sesekali terdengar gelak tawa yg
pecah dalam kamar itu.
"Ah,Mbak Mila bisa
saja.Chesa kan jadi malu"kata salah satu gadis itu dg manja sembari
memutar-mutar tubuhnya didepan cermin.Gamis panjangnya pun mengembang sering tergerai
rambut panjangnya yg indah.
"Mana mungkin Mas
Faris mencintai Chessa?"
"Sangat
mungkin,Chess! Selama ini Mas Faris selalu memerhatikanmu yg pertama kali ia
tanyakan saat ia ke kedai sore hari adalah kamu,Chess!"
"Mbak Mila cemburu
ya?"
"Ih,nggak lah!
Siapa yg cemburu?!"
"Tapi kok muka
Mbak Mila jadi merah?! He....he..."
Seketika Mila langsung
menutup mukanya dg bantal,gelak tawapun kembali pecah lalu Chessa mendekdp
manja tubuh Mila dari belakang.Mereka bersenandung lirih sambil melenggang
kekanan dan kekiri.
"Biar Chessa sisir
rambut Mbak Mila ya? Kusut banget! Kebanyakan pake kerudung sih! Sampai lupa
nyisir rambut kalau sering pakai kerudung juga harus rajin2 nyisir rambut
dong,Mbak!"
Mila pun menuruti
kemauan Chessa.Chessa langsung membawa Mila duduk didepan cermin lalu Chessa
mengambil sebuah sisir rambut dari laci kemudian menyisir rambut Mila dg
perlahan.Rambut Mila yg sedikit ikal mulai tertata rapi kembali.Hingga
terbentuklah kecantikan yg tergambar jelas dicermin.
"Tuh kan! Mbak
Mila terlihat cuantik banget! Huh! Chessa sampai minder!"
"Bisa saja
kamu,Chess! Jelas kamu yg lebih cantik dari Mbak.Mbak nggak pandai merawat diri
sepertimu."
"Tapi Mbak
mencintai Mas Faris,kan?"
"Astaghfirullahal'adzim.Bicara
apa kamu,Chess!
Mas Faris itu teman kakaknya Mbak,jadi Mas Faris itu seperti kakak Mbak
sendiri.
"Bener nih? Nggak
bohong? Kalau gitu biar Chessa saja yg mencintai Mas Faris.Boleh
nggak,Mbak?"
Mila diam dan langsung
beranjak dari tempat duduknya dan berjalan kearah jendela dimana sebuah vas
bunga berisi garberra berwarna kuning tertata rapi atas meja dekat jendela Mila
menata kembali garberra tersebut.Angin malam menyibak rambutnya bulan tak
sempurna tersaput awan dilangit Chessa mendekati Mila.
"Afwan,Mbak.Meski
Mbak nggak cerita pada Chessa,tapi Chessa tahu kalau Mbak Mila diam2 mencintai
Mas Faris jujur Chessa juga simpati pada Mas Faris tapi mungkin hanya sekedar
simpati biasa saya kagum pada Mas Faris yg penuh semangat dan optimis dalam
menjalani hidup.Chessa dapat belajar banyak dari Mas Faris tapi mungkin simpati
itu hanya sekedar simpati biasa bukan cinta terlalu buru2 jika Chessa menyebut
cinta tapi Chessa sangat setuju jika Mbak Mila nantinya menikah dg Mas
Faris..."Chessa tak meneruskan kata2nya.Ia melihat mata Mila yg mulai
basah akhirnya Mila menangis sesenggukan Chessa memeluk erat Mila.
"Mbak memang
sangat mencintai Mas Faris,Chess"lirih Mila dalam dekapan Chessa.
"Iya,Mbak.Chessa
tahu itu Chessa akan bantu Mbak."sahut Chessa dg airmata yg mulai tumpah.
Seketika Mila langsung
melepaskan pelukanya dan menatap Chessa dalam2 dg airmata yg masih berlingan.
"Tak perlu,Chess!
Jangan melakukan tindakan bodoh!"Hanya Allah yg berhak atas jodoh atau
tidaknya kami"kata Mila meyakinkan.
Chessa hanya mengangguk
Chessa melihat air yg mengambang dimata Mila lalu Chessa kembali memeluk
Mila,Dada Mila bergemuruh Mila tak mengira Chessa bisa memahami perasaan yg
selama ini ia pendam.Mila berpikir saat itulah saat yg tepat untuk meluapkan
tentang perasaannya pada Faris
Mila pun mulai becerita
sejak pertama kali kakaknya Mahardiansyah memperkenalnya dg Faris,Mila langsung
menaruh simpati pada Faris lalu menceritakan kebaikan2 Faris saat Mila
membutuhkan pertolongan.Bagaimana Faris tergeletak dirumah sakit lantaran
gejala sakit Typus,Milalah yg seringkali menjenguknya juga tentang brownies
coklat yg sengaja ia buat untuk Faris.
Menjelang separo
malam,Mila dan Chessa masih bercerita banyak hal.
"Oh ya,Chess ada
sesuatu yg Mbak ingin berikan untukmu"
"Apa
Mbak?"tanya Chessa penasaran sementara Mila melompat dari ranjang menuju
almari pakaiannya.Mila mengambil sesuatu dari dalam almari.
"Ini adalah
kerudung yg Mbak paling sering pakai dulu karena ribet cara makainya,Mbak
jarang memakainya sekarang Mbak harap kamu mau memakainya"
"Wah! Indah
sekali,Mbak?! Warna merah marun warna kesukaan Chessa!"
"Coba sini.Mbak
akan beritahu cara memakainya"
Chessa mendekat
kemudian Mila memakaikan kerudung merah yg lebar itu pada Chessa.
"Memang sedikit
ribet harus dililitkan lebih dahulu melingkar kepundak hingga menutupi hampir
seluruh tangan lalu dijepit dg bros,Nah selesai!"
Chessa langsung berlari
kearah cermin.Ia perhatikan dg seksama kerudungnya,Ia putar tubuhnya kekanan
kekiri lalu tersenyum pada Mila.
"Kamu terlihat
anggun sekali memakai kerudung itu,Chess!"
"Terima
kasih,Mbak.Chessa akan memakai kerudung ini terima kasih juga telah menemani
Chessa seharian jalan2 sampai Chessa juga boleh bubuk disini."
"Iya,sama2.Kapan
pun Chessa boleh kesini"
Mila dan Chessa yg
telah lelah karena hampir seharian penuh berkeliling dipasar besar
Malang,membeli gamis panjang dan kerudung yg cocok untuk Chessa akhirnya mereka
memutuskan untuk segera merapikan kamar dan langsung tidur sementara itu Mila
mengambil air wudhu dan shalat 2 rakaat sunnah kemudian membaca Al Qur'an
hingga matanya tak sanggup lagi menahan kantuk.Mila pun tertidur dalam balutan
mukena putih diatas sajadahnya.
Faris menatap bulan yg
temaran diujung langit.Ia tak menjawab pertanyaan Mahardiansyah.
"Jawab
pertanyaanku,Ris! Apa kamu sudah mencintai perempuan lain?"
"Entahlah,Har.Aku
awam soal mencintai perempuan tapi terus terang selama ini ada seorang gadis yg
sering kali berkelebat dalam pikiranku.Aku merasa aneh saat mengingatnya"
"Siapa dia?"
Mahardiansyah memotongnya dg sebuah pertanyaan.
"Itulah,Har.Aku
sendiri tak tahu apapun tentangnya" Faris diam dan nampak kebingungan
bagaimana menjelaskannya.Faris tetap diam dan menunggu reaksi dari
Mahardiansyah tapi Mahardiansyah juga terdiam.
"Aku bertemu dg
nya dimasjid sekitar 3tahun yg lalu saat itu aku sedang menyapu halaman serambi
masjid sepertinya ketika itu ia mahasiswa baru.Ia rajin sekali kemasjid mungkin
karena dikosnya ia kesulitan mencari teman untuk diajak shalat berjamaah.Setiap
setelah jamaah shalat ia selalu membaca Al Qur'an aku tak pernah memerhatikan
wajahnya karena kami sama2 menunduk jika kebetulan kami berpapasan.Aku hanya
mengenali warna kerudungnya.Ia sering memakai kerudung yg berwarna merah!
"Satu hari,tatapan
mata kami bertemu tanpa sengaja itupun hanya sekilas kami langsung menundukan
pandangan saat itu selepas shalat ashar,aku sedang membersihkan halaman masjid
mungkin karena wudhunya batal jadi terpaksa ia harus melepas mukenanya dan
mengambil air wudhu.Kebetulan saat itu ada seorang nenek masuk ke dalam masjid
dari awal aku curiga pada nenek itu,diam2 aku mengawasi gerak gerik nenek tua
yg mencurigakan itu.Ia melihat kesekeliling masjid aku pura2 tak
memerhatikannya ada sebuah mukena diatas sajadah tiba2 nenek itu mengemasi
mukena tersebut dan memasukannya kedalam tas mukena.Aku tahu betul,mukena itu
adalah milik gadis yg sedang berwudhu tersebut saat nenek itu hendak keluar
dari masjid,aku langsung mencegahnya.
"Sebentar,Nek!"
"Tapi nenek itu
pura2 tidak mendengar dan langsung bergegas ingin meninggalkan masjid.Aku pun
langsung menghampirinya saat nenek itu hendl mendekati gerbang pintu luar
masjid.
"Maaf,Nek! Mukena
yg Nenek bawa milik siapa?"
"Ini mukena
saya!"Nenek tersebut menjawabnya dg membentak.
"Allah Maha
Tahu,Nek! Saya tahu itu bukan mukena Nenek.Sebaiknya Nenek kembalikan saja jika
Nenek minta baik2 pada kami,Insya Allah kami akan memberi sebuah mukena untuk
Nenek tapi tolong mukena yg Nenek bawa ini dikembalikan!"kataku setengah
emosi.
"Nenek itu malah
sewot dan melirikku dg penuh benci.Saat itulah,gadis itu muncul dari tempat
wudhu.Rupanya dia mendengar percakapan kami sembari mebenahi letak
kerudungnya.Saat itulah aku merasakan dadaku berdesir lembut ada sesuatu yg
sangat indah yg tiba2 menyusup direlung hatiku.Perasaanku melambung bulir air
wudhu yg menitik dari wajah gadis itu membuat wajahnya kian bercahaya matanya
berbinar dan bercelak hitam digaris tepi kelopak matanya yg membuatku tersihir
membatu untuk beberapa saat.Senyumannya seketika meredakan amarahku yg hendak
meledak tapi cepat2 aku menundukan pandanganku sembari beristighfar
berkali-kali.
"Ada apa,ya?"
"Aku masih membatu
saat pertanyaan itu keluar dari mulutnya tapi aku coba secepatnya menetralisir
keadaan.
"Eh,ini Mbak.Nenek
ini tadi mengambil mukena milik Mbak!"kataku kemudian.
"Benarkah?"
"Nggak! Ini mukena
saya!" Nenek itu masih ngeyel.
"Baiklah,saya
lihat dulu ya mungkin mukena saya masih ada didalam masjid.
Kemudian ia setengah
berlari masuk kedalam,tak lama kemudian ia kembali menemui kami.
"Mukenanya masih
ada didalam masjid sepertinya ini hanya kesalahan kecil.
"Aku seperti
ditampar mendengar perkataan gadis itu.Aku benar2 yakin bahwa nenek itu telah
mencuri mukena miliknya tapi ia malah berdiplomasi.
"Tapi,Mbak..."
"Gadis itu hanya
mengangguk sekail.Seolah ingin meyakinkan perkataannya tadi lalu Nenek itupun
pergi.Tinggal aku yg saat itu penuh tanda tanya,aku tatap mata gadis itu dalam2
rasanya ingin sekali marah padanya kenapa ia harus berdiplomasi melindungi
nenek itu seperti itu? Tapi ia buru2 ia menundukan pandangannya lalu tersenyum
sambil bilang"AFWAN" Sebelum akhinya ia berpaling & masuk ke
dalam masjid.
Ia mengambil sebuah
mukena dari dalam almari masjid.Setelah selesai shalat sunnah lisyukril
wudhu,ia membaca Al Qur'an hingga menjelang Magrib.
"Itu hari terakhir
aku berjumpa dengannya sampai hari ini aku tak pernah melihatnya lagi
dimasjid.Awalnya aku memang marah padanya tapi akhirnya aku menyadari bahwa apa
yg dilakukan gadis itu adalah keinginannya untuk bersedekah meski ia tahu betul
mukenanya telah dicuri tapi ia malah mengiklaskannya dg cara berdiplomasi
kemudian hatinya membuat dadaku berdebar setiap aku teringat kejadian itu
semacam ada kerinduan yg mendamaikan ada perasaan unik yg tak bisa
kujelaskan,Har!
"Karena
itulah,sejak hari itu aku berusaha melupakan wajah gadis itu sehingga kini
wajahnya sedikit terlupa olehku meski wajahnya samar kuingat tapi getaran
didada ini pasti akan terjadi manakala suatu saat nanti kami bertemu kembali
semoga Allah melindungiku dari penyakit hati dan hal2 yg buruk jika memang aku
jatuh cinta kepadanya semoga Allah menjatuh cintakan aku pada wanita yg selalu
jatuh cinta kepadaNya bukan jatuh cinta karena keindahan raga melainkan karena
pesma kebaikan yg slalu ia jaga.Semoga hati ini slalu terjaga dalam kebaikan"
Faris mengakhiri
penuturannya dg hela nafas panjangnya saat Mahardiansyah hendak
mengomentarinya,Faris buru2 memotongnya.
"Tapi,Har... Aku
tak pernah menvonis aku jatuh cinta atau semacamnya kepadanya,aku tak sempat
memikirkan perasaan yg seperti itu.Kamu tahu sendiri aku lebih fokus untuk
segera berhaji."
Mahardiansyah tak
segera menanggapi,Ia menunggu Faris menyelesaikan penjelasannya tapi Faris
hanya diam.
"Baiklah,Ris! Aku
akan coba jelaskan pada Mila semoga dia mengerti aku juga tak berhak memaksamu
untuk menikahi adikku."
Lalu ke2 nya
diam,memandang angin yg menari hingga menggetarkan pucuk2 pohon
cemara.Sementara itu,sepasang kunang2 berjingkat diantara semak2.Tubuhnyja
menyala terang kuning kehijauan terbang rendah disela2 pohon cemara.Tingkah
mereka sangat indah
Sedikit bisa mengobati
perasaan didalam dada Faris yg sedang berkecamuk.Rasa bersalah yg telah
mengecewakan sahabat terbaiknya tapi ia juga tak bisa memaksakan diri untuk
mencintai Mila sementara Faris telah berjanji dalam hati untuk mempersatukan
Ferdian dan Mila kelak.
Begitu juga
Mahardiansyah ia tak mungkin memaksakan keinginannya untuk memilih Faris
sebagai suami adiknya.Bagaimanapun Faris berhak memilih siapa yg berhak menjadi
pendamping hidupnya nanti tapi Mahardiansyah juga bingung harus dg cara apa
menjelaskan semuanya pada Mila.
Keduanya tetap terdiam
sebelum akhirnya Faris menepuk pundak kiri Mahardiansyah,
"Afwan,Sobat"
Mahardiansyah hanya
tersenyum tipis.
Dikedai Evergreen sore
itu nampak sibuk sekali.Lilis dan Vika terlihat sibuk merapikan meja dan
sebagainya karena kedai tersebut baru saja dibuat rapat oleh beberapa dosen
tidak saja kalangan mahasiswa tapi juga para dosen seringkali memanfaatkan
kedai Evergreen untuk acara pertemuan.Setting kedai yg lesehan dan dikelilingi
pohon bambu yg sengaja ditanam dipinggir kedai menambah nyaman
suasana.Sementara itu pohon asparagus dalam pot membelah lesehan sebagai
hijabnya untuk memisahkan antara pengunjung putra dan putri.Kedai Evergreen tak
menerima bagi muda mudi yg ingin berduaan dikedai kecuali bagi mereka yg telah
berkeluarga.
Civitas akademika
khususnya dari Universitas Brawijaya seringkali memilih kedai Evergreen karena
memang suasana yg asri dan alami sebagai tempat diskusi hingga penyampaian
materi kuliah oleh seorang dosen.Mereka bisa berdiskusi sambil menikmati jus
buah organik yg segar tak hanya itu mereka juga bisa memesan tahu telur dan
gorengan diwarung sebelah untuk dinikmati di kedai dan yg terpenting bagi
mereka adalah kedai tersebut telah dilengkapi dg hot spot.Sehingga mereka bisa
berlama lama surfing internetan dg laptop sembari menikmati jus buah dikedai.
Sebuah toyota New
Alphard tepat berhenti didepan kedai.Seorang gadis cantik bergamis panjang
warna biru dg kerudung yg berwarna biru muda keluar dari mobil tersebut.
"Assalamualaikum.Selamat
datang..."sapa Lilis ramah.
"Waalaikumsalam"gadis
itu menjawabnya lirih dg segaris senyum dibibirnya.Lilis memerhatikan mata
gadis itu sembab.Lilis coba menebak dalam hati bahwa pengunjungnya itu baru
saja menangis.
"Silahkan
duduk,Mbak.Mbak ingin menikmati apa?"
"Oh,terima
kasih.Saya hanya ingin membeli 2 buah melon.Masih adakan?"
"Oh,masih
ada,Mbak"Lilis segera meminta Vika untuk mengambilkan 2 buah melon.
"Ayah saya sering
kesini.Beliau biasanya membeli 2 buah melon dan satu buket mawar merah."
"Oh,ya? Benarkah?
Siapa ya?"Lilis nampak sedang coba mengingat ingat semua pelanggan kedai
tapi karena banyaknya pelanggan,Lilis kesulitan menemukan ayah Yg dimaksud
gadis itu.
"Biasanya Ayah
saya diantar Pak Ridwan sopir taxi biru langganan Ayah"gadis itu
menambahkan keterangan.
"Subhanallah! Pak
Burhan ya? Pengusaha properti?! Ya! Ya! Kalau Pak Burhan memang sering
kesini,Mbak! Tiap akhir pekan sekali beliau selalu membeli 2 buah melon dan 2
buket mawar"akhirnya Lilis menemukan kecocokan dg Ayah yg dimaksud gadis
itu.
"Bukan 2 tapi Ayah
saya hanya membeli 1 buket mawar"
"Iya,benar
Mbak.Tiap akhir pekan,kedai kami memberikan bonus 1 buket bumga bagi yg setiap
pelanggan yg membelikan bunga untuk diberikan pada istri atau Ibu jadi meski
Ayah Mbak membeli satu tapi mendapat 2 buket mawar"
"Oh! Lho tapi Ayah
hanya memberi satu buket bunga kepada saya lalu satu buket bunga untuk
siapa?"
"Pak Burhan pernah
bilang akan memberikan buket bunga itu untuk istrinya! Jadi satu untuk Mbak
satu lagi untuk Ibu.Tapi... Mbak kok sampai ggak tahu ya?!
"Astaghfirullah!
Ibu saya telah meninggal,Mbak.Apa mungkin..."perempuan itu tak meneruskan
kalimatnya.Ia coba memikirkan sesuatu "Apa benar Ayah saya bilang
begitu?"
"Iya,Mbak.Beliau
menceritakan bahwa istrinya itu senang sekali menanam mawar dihalaman rumah
tapi Ayah Mbak sama sekali tak pernah memberikan setangkai bunga mawar pun
untuk Ibu.Untuk itu,sekarang Pak Burhan ingin menebusnya begitulah yg pernah
dikatakan oleh Pak Burhan.Apa mungkin mawar itu dibawa ke..."
"Iya! Itu sangat
mungkin jika Ayah sedang rindu,Ayah memang sering mengunjungi makam Ibu.Ibu
telah meninggal setahun yg lalu di Tanah suci saat menunaikan ibadah haji.Ayah
sangat tertekan kehilangan Ibu"
Gadis itu diam sejenak
lalu mengusap air yg mengambang dimatanya dg selembar tissue ditangannya.
"Sekarang Ayah
dirawat di RS.Dr.Saiful Anwar Malang.Beliau terkena serangan stroke ringan
mungkin karena terlalu banyak memikirkan Ibu.Setiap akhir pekan Ayah memang
sering membeli buah melon dan bunga mawar untuk saya karena itulah giliran saya
sekarang yg membelikan buah melon untuk beliau."
"Semoga Pak Burhan
lekas sembuh,Mbak"kata Lilis sambil menyerahkan tas berisi 2 buah melon
dan 1 buket bunga mawar merah setelah menerimanya gadis itu langsung bergegas
kembali kemobilnya dan segera meninggalkan kedai.
Selisih sekian detik
kemudian datangnya Faris dg motornya.Faris hanya dapat sekilas melihat gadis
itu sedang memasuki mobilnya.
"Tadi siapa,Lis?"
"Oh,itu Mas putri
Pak Burhan.Ia beli melon dan bunga untuk Ayahnya yg sedang sakit."
"Sakit?! Pak
Burhan sakit?! Inalillahiwaina ilahirajiun.Pak Burhan sakit apa,Lis?"
"Katanya sih
stroke ringan sekarang masih dirawat di RS.Dr.Saiful Anwar."
"Stroke
ringan?!"
Lilis juga iku
tersentak kaget.Lilis hanya mengangguk pelan tapi dg tetap menjaga pandangan.
"Baiklah.Besok aku
akan menjenguk Pak Burhan."
Belum tuntas
keterkejutan Faris tiba2 sebuah motor matic diparkir disebelah motor
Faris.Faris lebih terkejut lagi saat sipengendara membuka helmnya.
"Chessa!"
Chessa melangkah anggun
dari motornya gamis panjangnya berkelebat tersapu angin.Faris memerhatikan
terus perubahan yg tiba2 pada diri Chessa terutama pada kerudung merah yg
dikenakan Chessa seketika Faris tersadar jika kerudung yg dipakai Chessa itu
sama persis dg kerudung yg dipakai gadis yg pernah Faris temui dimasjid
Ketawanggede.Apakah kerudung itu milik gadis yg sama? Apakah gadis yg dimasjid
itu sebenarnya adalah Chessa? Faris berkata dalam hati.Ah,tidak mungkin Chessa
dulu tak pernah memakai kerudung!
"Assalamualaikum,"Chessa
memberi salam
Faris belum sempat
menjawabnya tiba2 Laila datang tergopoh-gopoh setengah berlari, "Mas
Faris! Mila kecelakaan,Mas! Mila Mas!"
"Apa?! Mika?! Mila
kenapa?!"
"Mila
kecelakaan,Mas! Sekarang di RS.Dr.Saiful Anwar! Cepat kesana,Mas!"
Seketika seisi kedai
langsumg tersentak mendengar kabar dari Laika yg tak lain adalah teman satu
pesantren mahasiswa dg Mila.
"Ayo cepat
sekarang kita kesana! Chess,tolong kamu boncengan dg Laila.Lis,hubungi
Mahardiansyah! Tutup saja kedainya!"
Faris langsung
menyalakan motornya dan segera melesat sementara Chessa dan Laila mengikuti
dibelakangnya.Motor mereka berlari dg kecepatan tinggi menyalip beberapa
kendaraan.Terkadang terjebak kemacetan karena sore hari umumnya orang pulang
dari kantor.Tetapi mereka cukup lihai untuk melintas di sela2 yg kosong
diantara kendaraan yg berlarian.
Mereka masuk ketempat
parkir di RS.Dr.Saiful Anwar bersamaan dg datangnya Mobil Toyota New Alphard yg
dikendarai putri Pak Burhan.Faris memasuki bagian parkir khusus roda 2
sementara mobil tersebut dibagian parkir mobil.Faris tak memperhatikannya,ia
segera berlari menuju ruang UGD dan bertanya pada seorang perawat.Merekapun
akhirnya menemukan tempat dimana Mila mendapat penanganan.Sayangnya,mereka tak
diijinkan masuk mereka ber3 nampak gelisah bahkan Chessa menangis tersedu.Laila
coba menenangkannya.
Sementara Faris
berjalan mondar mandir didepan pintu ruang operasi.Gelisah menunggu seseorang
keluar dari pintu dan memberi keterangan tentang Mila.Lalu bertanya tentang
kecelakaan yg menimpa Mila pada orang2 yg membawa Mila kerumah sakit ternyata
motor Mila tidak menabrak atau ditabrak kendaraan lain.Ia terjatuh dg
sendirinya entah mengantuk atau pingsan memang Mila yg memiliki gejala darah
rendah beberapa kali sering jatuh pingsan.
Sementara itu
dipavilium VIP RS.Dr.Saiful Anwar,Pak Burhan tengah berbaring,Ia terbenam
dibalik koran yg sedang ia baca,alat bantu pernafasan sudah tak terpasang lagi
tak ada yg menemaninya hanya beberapa perawat yg sedang tugas jaga.Ia sengaja
ingin istirahat dan tak ingin diganggu kerabat yg menjenguk hanya putri semata
wayangnya yg diperkenankan menemaninya.Gadis yg mengendarai Mobil Toyota New
Alphard tadi datang membawa satu buket bunga mawar merah untuk Pak Burhan
kemudian menaruhnya dalam Vas bunga yg tlah berisi air.
"Terima
kasih,Na"gadis yg bernama lengkap Rasyida Husna itu hanya tersenyum sambil
duduk disebelah Ayahnya. "Kenapa kamu hanya membeli satu?"
Husna hanya membenamkan
kepalanya dekat dg kepala Ayahnya lalu mencium kening Ayahnya "Husna
membeli 2,Ayah.1 untuk Ayah 1 untuk Ibu.Bukankah Ayah juga begitu."
"Alhamdulillah,berarti
tadi kamu kemakam Ibu?"
"Kenapa Ayah masih
memikirkan kepergiaan Ibu.Iklaskan,Yah.Ayah seperti ini pasti terlalu
memikirkan Ibu"
"Ayah masih saja
merasa bersalah seandainya Ayah menemani Ibumu saat Ketanah Suci tahun lalu
mungkin Ibumu masih bisa menemani Ayah saat ini,dulu Ayah terlalu memikirkan
perusahaan.Ibumu sering Ayah abaikan,keinginannya berhaji bersama Ayah tak Ayah
wujudkan akhirnya Ia pergi haji sendiri,andai Ayah menyertainya saat itu
mungkin Ayah bisa disampingnya saat Ia meninggal di Makkah.
Seketika mata Pak
Burhan basah,Husna melepas kaca mata Pak Burhan dan mengusap airmatanya.
"Na,apa tadi kamu
bertemu Faris dikedai bunga itu?"
"Sepertinya
tidak,Ayah.Hanya beberapa gadis yg berada dikedai"
"Sayang
sekali,Na.Faris itu pemilik kedai itu.Ia pemuda yg sangat bersemangat semua
biaya kuliah dari S1 hingga sekarang Ia menempuh S2,Ia tanggung sendiri bahkan
ia terobsesi ingin segera berhaji.Aku ingin punya menantu seperti dia!"
"Ah,Ayah.Sudahlah,Yah.Yang
penting Ayah pulih dulu baru memikikan menantu.Hafalan Al Qur'an Husna juga
belum lengkap 30 juz.Insya Allah tinggal 2 juz lagi"
Husna yg kini tinggal
merampungkan skripsinya di jurusan Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang,juga berkonsentrasi untuk menyelesaikan hafalan Al Qur'an nya bersama
ratusan santri dipesantri Ilmu Qur'an Singosari,disamping kesibukannya yg juga
aktif di LSM pemberdayaan anak jalanan.Husna lebih memilih terjun kedunia
kemasyarakatan daripada meneruskan bisnis properti Ayahnya.Pak Burhan tak bisa
memaksa keinginan putri semata wayangnya itu.Bisnis properti miliknya pun jatuh
ketangan salah satu adik Pak Burhan,Ir.Irham Adi Pratama.
"Alhamdulillah.Kamu
harus menjaga hafalanmu,Na.
Tapi,kata orang2 kena
stroke itu tidak bisa pulih lagi."
"Astaghfirullah,setiap
penyakit pasti ada obatnya.Apalagi Ayah hanya stroke ringan.Lagi pula Ayah juga
sudah nggak merokok lagi,kan? Ayolah,Yah! Semangat dong! Kata dokter,hanya
butuh sedikit terapi dan perawatan maka Ayah pasti akan sehat lagi."
"Ayah ingin
melihat pernikahanmu sebelum Ayah menyusul Ibumu"
"Astaghfirullah,Ayah
nggak boleh ngomong begitu.Iya,Iya.Husna akan segera menikah tapi Ayah harus
sembuh dulu ya! Ayo,Yah kita makan melonnya!"Husna berkata begitu seraya
menyembunyikan sebutir airmata dibalik kelopak matanya.
* * *
Seorang dokter keluar
dari ruang operasi itu lalu ia menjelaskan bagaimana keadaan Mila kepada
Faris.Faris mengucapkan hamdalah berkali-kali karena Allah telah menyelamatkan
Mila dari kecelakaan itu meski helm yg dipakai Mila pecah tapi kepala Mila
hanya sedikit lecet,tapi tangan dan kaki Mila terluka parah bahkan lutut Mila
sedikit bergeser meski sempat pingsan tapi kini Mila telah siuman.Mila
selamat dari kecelakaan dahyat yg nyaris merenggut nyawanya.Faris ingin memaksa
melihat langsung keadaan Mila tapi dokter tak mengijinkannya.
Sedangkan Mahardiansyah
sendiri merasa bersalah karena tak mengantar adiknya kembali ke Malang.Pagi
tadi,Mila sengaja ke Junggo untuk menemui Mahardiansyah.Kesempatan itu
digunakan Mahardiansyah untuk menceritakan Faris yg telah mencintai gadis lain.
Tapi begitu Mila mendengar Mahardiansyah bercerita tentang gadis berkerudung
merah Mila malah tersenyum bahagia karena Mila yakin bahwa gadis yg dimaksud
Faris itu adalah dirinya.Mila adalah gadis berkerudung merah yg 3 tahun lalu
sering kemasjid Ketawanggede ketika itu ia masih kos belum dipesantren mahasiswa
karena mahasiswi yg satu kos dengannya jarang yg mau diajak berjamaah maka Mila
memilih untuk berjamaah dimasjid kebetulan jarak kos nya dg masjid juga tidak
terlalu jauh.
"Benarkah Mas
Faris cerita begitu,Mas?"tanya Mila pada Mahardiansyah pagi tadi di Junggo.
"Iya.Kenapa?"
kamu kenal siapa gadis itu?"
"Ah,nggak apa2
tapi mungkin Mila kenal siapa gadis itu"
Mila terbuyar dari
lamunannya Saat Chessa coba memeluk Mila.Mila malah menjerit
kesakitan,"Mbak Mila cepat sembuh,ya!”
Esoknya Faris kembali
kerumah sakit tidak saja menjenguk Mila tapi juga berencana menjenguk Pak
Burhan yg kebetulan juga sedang dirawat di RS.Dr.Saiful Anwar.Setelah bertanya
pada resepsionis rumah sakit dan beberapa perawat akhirnya Faris menemukan
dimana kamar Pak Burhan dirawat.
Dijalan menuju kamar
Pak Burhan Faris bersimpangan dg putri Pak Burhan yg sedang asyik membaca buku
sambil berjalan.Ia berjalan menuju tempat dimana mobilnya diparkir.Faris tak
memerhatikannya karena ia ingin segera menemui Pak Burhan yg sedang berbaring sakit.
Pak Burhan terlihat
bahagia sekali melihat kedatangan Faris.Pak Burhan menceritakan keadaan
kesehatannya yg mulai membaik lalu Faris mengeluarkan sebuah bungkusan plastik
dari dalam tasnya.
"Ini adalah
ekstrak pegagan.Insya Allah,pegagan ini dapat mengobati stroke nanti Pak Burhan
bisa menanyakan langsung kepada dokter tentang khasiat pegagan ini.Tadi pagi
saya ke Balai Pengobatan Materia Medica Batu,saya mendapat sebungkus ekstrak
pegagan ini untuk Bapak.Kebetulan dulu saya pernah praktik kerja lapang dibalai
yg masih dibawah naungan dinas kesehatan itu,Pak. Jadi dg mudah saya bisa
memperoleh ekstrak pegagan ini.Mereka membudidayakan pegagan ini sendiri secara
organik. Jadi,Insya Allah kandungan zat didalamnya masih terjaga.Insya Allah
bisa membantu memulihkan kesehatan,Bapak"
"Terima
kasih,Ris.Insya Allah nanti Bapak akan meminumnya dg petujuk dokter tapi
Ris,ada yg ingin Bapak bicarakan denganmu?"
"Tentang
apa,Pak?"
"Apa kamu tak
ingin segera menikah?"
Faris tersenyum
"Tentu,Pak.Usia saya sekarang juga sudah 27 tahun tapi,Pak.Ada hal yg
lebih penting bagi saya saat ini daripada menikah"
"Apa
itu,Ris?" tanya Pak Burhan penasaran
Kemudian Faris
menjelaskan dg penuh semangat tentang rencananya untuk segera berhaji dg Ibunya
tahun depan dan bagaimana usahanya untuk mewujudkannya Azzam nya itu.Pak Burhan
berkali-kali berdecak kagum atas kegigihan Faris mewujudkan keinginannya untuk
berhaji selagi masih muda.
"Aku ingin sekali
putriku menikah dengan mu,Ris.Apa kamu bersedia?"
Faris tersentak luar
biasa mendengar permintaan Pak Burhan perkataan Pak Burhan sama sekali tak
diduganya.Langsung dan menohok tepat dijantung hatinya.
Faris tertunduk belum
selesai kasus Mila kini ia harus menghadapi permintaan langsung Pak Burhan yg
ingin menikahkan putrinya dengannya tapi Azzam yg kuat pada dirinya untuk
segera berhaji dan menunda pernikahan membuat Faris kukuh pada
pendiriannya.Faris pun menolak permintaan Pak Burhan dg halus,dan menjelaskan
bahwa ia tlah mencintai seorang gadis.
Gadis yg bisa membuat
hatinya bergetar hebat sejak pertemuan dimasjid Ketawanggede 3tahun
silam.Akankah Faris bertemu kembali dg gadis berkerudung merah itu? Dan
siapakah sebenarnya gadis berkerudung merah itu?
* * *
Mila masih butuh
perawatan,kata dokter.Dokter meminta Faris ke ruang administrasi untuk mengurus
semua keperluan.Faris berjalan ditemani Chessa dan Laila.Chessa beberapa kali
menyeka airmatanya yg terus menitik tanpa henti.
"Padahal kemarin
malam,Chessa dan Mbak Mila masih bercanda bareng kerudung ini juga dari Mbak
Mila"kata Chessa mengaduh.
Faris tersentak dg
penjelasan Chessa"kerudung yg kamu pakai itu dari Mila?"
Chessa hanya
mengangguk"Mas,tolong Mbak Mila,Mas.Please..."Chessa merengek sambil
menarik-narik lengan baju Faris.
Faris hanya terdiam,Ia
memerhatikan secara seksama kerudung yg Chessa pakai sama persis dg kerudung yg
dipakai gadis yg ditemuinya dimasjid 3 tahun yg lalu! Jangan... Jangan... Faris
terus beralibi.Ah,tidak mungkin,aku ingat betul wajah gadis itu.Gadis itu bukan
Mila! Segera ia menepis semuanya lalu berkata "Iya,Chess.Berdoalah kepada
Allah agar Mila segera sembuh dan diberi ketabahan"
Kemudian Faris
menyelesaikan seluruh adminitrasi.Faris yg menanggung biaya perawatan Mila.
Setelah menunggu sekian
lama,akhirnya mereka diijinkan untuk melihat langsung keadaan
Mila.Mahardiansyah yg baru saja tiba langsung berhambur airmata ketika melihat
keadaan adiknya yg penuh luka perban dikepala,tangan dan kaki.Banyak darah yg
masih tercecer.Mila mengeluh sakit yg luar biasa disekujur tubuhnya.Tapi Mila
coba tersenyum ada kebahagiaan yg terselip didirinya setelah melihat Faris
disisinya.
Beberapa hari
kemudian,keadaan Mila mulai membaik tapi kakinya masih terasa nyeri terutama
persendiaan dibagian lutut yg bergeser.Mila menjelaskannya semua kepada
Mahardiansyah tentang kemungkinan gadis yg dimaksud Faris adalah
dirinya.Kerudung merah miliknya itu adalah pemberian ibu dari Makkah saat Ayah
dan Ibu mereka berhaji 4tahun yg lalu.Mila sering memakai kerudung merah itu
saat masih kos Jl.Kerto Sentono.
Mahardiansyah menangkap
kegembiraan luar biasa yg terpancar dari binar mata adiknya tapi Mahardiansyah
ragu jika gadis yg dimaksud Faris itu adalah adiknya,jika gadis itu Mila
harusnya Faris tahu dari dulu tapi mengapa Faris mengatakan tak pernah bertemu
dg gadis itu lagi? Apa karena Faris tlah lupa dg wajah gadis itu?
Mahardiansyah tak ingin
memupus harapan adiknya.Mahardiansyah bisa melihat betapa Mila sangat mencintai
Faris.Mahardiansyah hanya membelai kepala adiknya yg tengah berbaring dg sayang
lalu menghiburnya agar tetap semangat sesekali Mila mengeluh tentang sakit dan
ngilu disekujur tubuhnya.
Tapi Chessa buru2
menghiburnya dg canda manjanya sementara Vivi istri Mahardiansyah hanya
membelai kepala adik iparnya dg lembut.
Saat mereka berempat
tengah asyik bercengkrama,Faris dan Ferdian tiba mereka mengucapkan
salam.Kedatangan mereka berdua yg tiba2 seketika mengejutkan Mila.Mila cepat2
membenahi kerudungnya dg bantuan Chessa.
"Bagaimana keadaanmu,Mil?"
tanya Faris
"Alhamdulillah,Mas
sedikit baikan."
"Syukurlah.Makanya
kalau naik motor jangan ngebut!"
"Siapa yg ngebut?!
Aku cuma nglamun,kok! He... He... Afwan.Canda,Mas kemarin ada tumpahan oli
dijalan aku kurang hati2 jadi,ya seperti ini."
Mahardiansyah
memerhatikan mereka berdua,ia memerhatikan bagaimana cara adiknya menatap Faris
dan bagaimana cara adiknya tersenyum.Ia tahu betul jika Mila benar2 mencintai
Faris.
"Ris,aku ingin
bicara denganmu sebentar!" pinta Mahardiansyah serius
Faris hanya mengangguk
lalu mereka berdua keluar dari kamar Mila membiarkan Ferdian terpaku disamping
Mila tak berkata apa2.Ia tak berani menatap wajah Mila dadanya berdentum keras
tiba2 matanya basah melihat keadaan Mila yg memperihatinkan.Chessa memberi
sehelai tissue untuknya dadanya terus bergejolak seolah ingin menumpahkan semua
perasaan cinta yg selama ini ia pendam,ia tak tahan lalu ia keluar.Ia sandarkan
tubuhnya didinding matanya terpejam.Ah,Mila... Lirih Ferdian dalam hati.
Sementara
itu,Mahardiansyah dan Faris yg terlihat tengah berbicara serius diujung taman
sana Ferdian tak dapat mendengar apa yg sedang mereka bicarakan.
"Mila
mencintaimu,Ris! Sadarlah!"kata Mahardiansyah dg nada tinggi.
"Aku tahu,Har!
Tapi gadis itu bukan Mila mungkin saja Mila pernah kemasjid Ketawanggede tapi
gadis yg kumaksud itu bukan Mila,Har!"
"Munafik
kamu,Ris!"
"Astaghfirullah!
Meski aku nggak sepenuh ingat wajahnya tapi aku yakin hatiku akan bergetar jika
suatu saat nanti berjumpa dengannya.Gadis itu bukan Mila,Har!"
"Gadis berkerudung
merah itu cuma adikku.Adikku jugalah yg memberikan mukenanya pada nenek tua yg
mau mencuri mukenanya dan ia juga ingat ada seorang laki2 yg saat itu
membantunya.
"Kamu pasti lupa
wajahnya,Ris!"
Mahardiansyah mendekat
hingga beberapa senti dari wajah Faris matanya merah menyala Faris meletakan
kedua tangannya kedada Mahardiansyah coba meredakan amarahnya.
"Ishbir,Har!
Sabar!" pinta Faris menenangkan tapi Mahardiansyak malah menepis kedua
tangan Faris dari dadanya kemudian merangsek ketubuh Faris dan menarik kerah
baju Faris hingga nyaris tercekik hingga Faris tak sanggup berkata.
"Nikahi
Mila,Ris.Kalau tidak Mila bisa tersiksa seumur hidupnya,Ris!" pekik
Mahardiansyah.
"Ti...dak..mung...kin,Har!"kat
a Faris terbata.
Lalu sebuah pukulan
keras nyaris mendarat diwajah Faris kalau Mahardiansyah tidak bisa menguasai
emosinya setan nyaris saja memperalatnya Mahardiansyah melepaskan tangannya
dari kerah baju Faris.
Sementara Ferdian yg
sendari tadi memerhatikan tingkah mereka berdua langsung lari berhambur
mendekati Mahardiansyah dan Faris lalu mencoba menenangkan mereka berdua.
"Istighfar,Mas.Kalian
saudara!" teriak Ferdian lirih agar tidak menarik perhatian banyak orang
di rumah sakit itu.
Faris sedikit kesal
pada Mahardiansyah,ia sekuat tenaga menahan amarahnya Faris tak mau setan
menguasai dirinya.Ia tak tahu apa yg harus ia katakan lagi pada
Mahardiansyah.Disatu sisi Faris ingin memegang teguh apa yg diyakininya,hatinya
seakan telah berlabuh pada gadis berkerudung merah itu dan Faris yakin gadis
itu bukan Mila.Disisi lain ia tak ingin melukai sahabat karibnya selama
ini."Apakah aku harus menikahi Mila tanpa cinta" lirih Faris dalam
hati.
Meski berusaha
ditutupi,keributan kecil yg terjadi diantara mereka menyita beberapa orang
disekitarnya tak urung membuat Chessa dan Vivi juga mencari sumber keributan.
"Masya Allah! Ada
apa,Mas?" kata Vivi sembari memeluk Mahardiansyah, "Istighfar!"
Emosi Mahardiansyah
perlahan mulai mereda.
"Astaghfirullahal'adzim..."Mah
ardiansyah merasa
khilaf dan langsung memeluk Faris yg dari tadi terpaku.
"Afwan,Saudaraku!
Mahardiansyah memeluk Faris erat.
"Sama2,Har.Yang
terpenting sekarang adalah kesehatan Mila.Mila harus segera membaik setelah itu
baru kita diskusi lagi jika kami memang berjodoh Allahpun akan mempertemukan
kami," jelas Faris
Mahardiansyah
mengangguk setuju,Chessa mengerti betul apa yg sedang mereka debatkan,
"Tentang Mbak Mila dibicarakan lain saja,Mas! Mbak Mila sedang
sakit,Mas!" kata Chessa memohon pada Mahardiansyah.
"Lebih baik Mas
Ferdian antar Mas Faris pulang dulu sekarang," pinta Vivi.Setelah saling
memaafkan dan menghapus air disekitar mata mereka Faris dan Ferdian memohon
diri untuk pulang.Sementara itu,Mila bertanya-tanya dalam hatinya 'apa yg
sedang terjadi diluar kamarnya.'
Selepas isya di Masjid
Ketawanggede,Faris masih menyelesaikan beberapa halaman lagi ditalawah Al
Qur'an.Sesekali ia merintih sedih teringat kejadian tadi di Rumah sakit,ia jadi
malu pada Allah.Beberapa jamaah meninggalkan masjid,sementara Ferdian dan Faris
berada dalam kamarnya sesekali Faris memejamkan matanya ada kesedihan yg tiba2
menyelinap direlung hatinya kebimbangan untuk memutuskan suatu pilihan.Ia coba
mengingat lagi wajah gadis yg berkerudung merah,memang Faris tidak ingat
sepenuhnya wajah gadis itu karena memang Faris sengaja ingin melupakannya.Ia
tak ingin hari2 nya setelah pertemuan itu terganggu oleh bayangan wajah gadis
itu.
Faris berusaha menjaga
hatinya agar tetap bersih tapi entah mengapa debaran didada Faris selalu
terjadi manakala ia mengingatnya.Disisi lain hatinya terus saja terlontar tanya
'haruskah ia menyakiti Mila yg sangat mencintainya? Faris menangis lirih,Faris
segera beristiqhfar dan mengingat Allah Azza Wajalla karena hanya dg mengingat
Allah hati menjadi tenteram,Ia kembali teringat dg Firman Allah "(yaitu)
orang2 yg beriman dan hati mereka menjadi tenteram dg mengingat Allah.Ingatlah
hanya dg mengingat Allahlah hati menjadi tenteram"
Saat hening
kembali,tiba2 Faris mendengar sesenggukan tepat dibelakangnya memaksa Faris
menoleh kebelakang Ia melihat lelaki yg berumur sekitar 30 tahun menangis
disujud panjangnya.
"Pak Amin!"
pekik Faris lirih,Faris menunggu hingga lelaki itu merampungkan shalat
sunnahnya setelah selesai Faris menghampirinya.
"Assalamualaikum,Pak
Amin."
"Waalaikumsalam,"
jawabnya masih sesenggukan.
"Ada
apa,Pak?"
Lelaki itu diam sejenak
"Istri saya sakit,Mas! Sekarang ia sedang merintih dirumah"
"Sakit apa,Pak?
Kenapa nggak dibawa kerumah sakit.
"Kanker mulut
rahim,harusnya operasi tapi kami tidak punya biaya.Seminggu lalu mertua saya
juga baru keluar dari rumah sakit,saya sudah pinjam uang kesana kemari tapi
belum cukup juga untuk biaya operasi akhirnya istri saya memilih dirumah,ia
putus asa saya nggak tahu harus berbuat apalagi,Mas!"
"Astaqhfirullah!
Kalau begitu,ayo sekarang kita bawa istri Bapak kerumah sakit,langsung kerumah
sakit Saiful Anwar saja"
"Tapi,Mas!"
"Nggak usah
tapi2,Pak yg penting istri Bapak selamat! Saya akan meminjam mobil teman saya
untuk membawa istri Bapak kerumah sakit.
Faris langsung memencet
ponselnya,Ia menghubungi Ibu Dian ibunya Chessa untuk meminjam Avanzanya
beruntung Pak Ali mau menyopirinya jadi Ferdian tak perlu menjemput mobilnya.
Faris,Ferdian dan Pak
Ali segera berlari kerumah Pak Amin mereka melihat istri Pak Amin sedang
merintih kesakitan.Ditemani beberapa kerabat dekat disampingnya.Faris
menjelaskan secukupnya maksudnya ia meminta semua perlengkapan dipersiapkan.
Tak lama kemudian Pak
Ali datang dg mobil Chessa tak diijinkan ikut,Ia terlalu capek seharian
menemani Mila dirumah sakit.Mereka langsung membawa istri Pak Amin masuk
kemudian langsung melaju dg kecepatan tinggi.Ferdian ada disamping Pak Ali
sementara Faris coba menguatkan hati Pak Amin yg berada sisi istrinya.Mobil
terus melaju Pak Ali cukup mahir mengendarai mobil,Ia dapat melewati beberapa
mobil yg berada didepannya untuk kesekian kalinya Faris dan Ferdian harus
berada di RS.Saiful Anwar kembali.
Setengah jam
kemudian,mereka telah sampai di RS.Dr.Saiful Anwar waktu menunjukan hampir jam
9 malam mereka segera membawa istri Pak Amin keruang perawatan.Ferdian dan
seorang adik dari istri Pak Amin ikut bersama Pak Amin membawanya keruang medis
sedangkan Faris menuju ruang adminitrasi,seorang adminitrasi sedang berbincang
dg seorang gadis.Gadis itu tak lain adalah gadis berkerudung merah yg slama ini
telah bersemayam dihati Faris sayangnya,tiba2 gadis itu minta ijin untuk pulang
gadis itu keluar dari ruang adminitrasi tepat saat Faris masuk dari pintu yg
lain.
Jika sekian detik Faris
lebih cepat sampai diruangan itu pastilah mereka akan bertemu tapi ternyata
Allah tidak menghendaki pertemuan mereka.
Faris mengucapkan salam
saat memasuki ruangan adminitrasi.kepala adminitrasi tersebut berada disisi
pintu lain sedang mengantar kepergian gadis
Berkerudung merah
itu.Ia membalikkan tubuhnya sembari menjawab salam,sesaat pandangan mereka
bertemu.
"Ustadz
Fatah?!!"
"Faris!!"
"Subhanallah!"
Mereka saling menjawab
tangan lalu berpelukan dg erat.
"Apa kabar,akhi?'
sapa orang yg Faris memangilnya dg Ustadz Fatah.
"Alhamdulillah,Ustadz.Ustadz
dinas disini? Tidak lagi di Mojokerto.
"Iya,sudah tahun
ini saya dipindahtugaskan disini.Bagaimana dg halaqahmu,Ris.Masih
istiqomahkan?"
"Alhamdulillah,masih.Mohon
doanya Ustadz"
Ustadz Fatah adalah
Ustadz pembimbing halaqah saat Faris menghabiskan libur panjangnya di
Mojokerto,rumah Asal Faris meski hanya beberapa pekan saja pertemuan mereka
tapi hubungan cukup erat.Ustadz Fatah juga dekat dg keluarga Faris dimojokerto.
Kemudian Faris
menceritakan keberadaannya di RS Dr.Saiful Anwar pada Ustadz Fatah.
"Sebenarnya,Ibu
Mirna memang seharusnya segera dioperasi jika tidak keselamatan Ibu Mirna akan
terancam tapi ia menolaknya dan memaksa ingin pulang.Kami telah membujuk mereka
agar membuat surat keterangan tak mampu dari kelurahan agar mereka dapat
keringanan biaya operasi dan perawatan tapi mereka tetap saja ngeyel ingin
pulang memang biaya operasi dan perawatan pasca operasi tergolong cukup besar
sekitar lebih dari 30 juta"kata lelaki paro baya itu.
"Baiklah kalau
begitu,biar saya saja yg menanggung semua biaya operasi dan perawatan pasca
operasi Ibu Mirna.Tapi tolong Bapak rahasiakan tentang hal ini pada Pak Amin
dan keluarga bilang saja dana ini adalah bantuan pemerintah bagi masyarakat yg
tak mampu"
"Lho,apa kamu
masih ada kerabat dg mereka?"
"Tidak,Pak.Pak
Amin adalah salah satu jamaah shalat satu masjid dg saya.Pak Amin orang yg
paling semangat memakmurkan masjid bukankah sesama muslim adalah saudara?"
"Mulia sekali
hatimu,Ris.Semoga Allah memberi keberkahan pada hidupmu."
"Amiin,Semoga
Allah juga memberikan keberkahan pada hidup Ustadz!"
Beberapa hari kemudian
disebuah pagi dg mentari yg terasa hangat menyapa,rumput disepanjang taman
Rumah sakit Dr.Saiful Anwar Malang mulai meriap manja,sisa embun terakhir telah
menjelma udara sejak bersama helaan nafas pepohonan rindang disekeliling rumah
sakit.Beberapa perawat berpakaian putih nan anggun berjalan beriringan dg
senyum menawan yg tergores dibibirnya.
"Pakailah,Mbak!
Chessa mohon! Plis!" pinta Chessa kepada Mila sembari menyerahkan kerudung
merah yg dulu pernah dipakai Mila.
"Tapi,Chess...
Kerudung itu sudah Mbak berikan kepadamu!"
"Iya,Chessa tahu
tapi nggak apa2 kan jika Mbak Mila memakainya lagi? Moga dg Mbak Mila memakai
kerudung ini,Mas Faris ingat kembali"
Mila ragu2 menjawab ya
tapi Chessa terus mendesak dan merayunya akhirnya Mila menuruti permintaan
Chessa.
Kini untuk pertama
kalinya setelah 3tahun lamanya,Mila memakai kembali kerudung merah itu.Chessa
membantu memakainya merapikan rambut Mila dan membedaki tipis wajah Mila.Mila
pun nampak anggun sekali.
"Ayo,Mbak!
Sekarang kita jalan2 keluar!"
"Tapi
Chess..."
"Pakai kursi
roda,Mbak! Kemarin Pak Dokter sudah mengijinkan kok! Sudah seminggu Mbak
berbaring disini,apa nggak bosen?"
Mila mengiyakan ajakan
Chessa.Chessa membantu Mila duduk dikursi roda lalu menuntunnya keluar kesisi
taman rumah sakit meski seringkali Mila mengaduh lantaran persendiaan kakinya
belum sembuh total tapi ia nampak bahagia bisa menikmati sinar mentari langsung
menerpa wajahnya sementara Chessa duduk dibangku panjang dekat dg Mila.
Tak lama kemudian
seorang gadis yg juga berkerudung merah menuntun lelaki tua bertongkat,lelaki
tua itu melepas syal tebal yg melingkar dilehernya.Ia ingin menikmati segarnya
udara pagi tanpa syal yg menghalangi,ia meminta putrinya menuntunnya kebangku
panjang.Lelaki itu adalah Pak Burhan bersama putrinya Rasyida Husna.
Sejenak setelah Husna
membantu Ayahnya duduk dibangku panjang tatapan matanya terhenti saat menemukan
seorang gadis dikursi roda yg mengenakan kerudung merah yg mirip dg kerudung yg
sedang ia pakai.
Tatapan mereka
bertemu,mereka terdiam beberapa detik tak bereaksi dan tak berkata apapun lalu
mereka tersenyum dan bersalaman lalu menyebutkan nama.Padahal seribu tanya
tengah berlompatan dalam dada mereka 'mengapa ia juga mempunyai kerudung merah
yg sama dg ku? Begitulah yg mereka saling pikirkan.
Sementara itu Chessa
dan Pak Burhan juga saling bertanya-tanya dalam hati mereka.Sejenak mereka
berempat hanya terdiam ditelan oleh ribuan pertanyaan.
"Eh,Afwan.Kerudung
kalian kok sama,ya? Padahal model dan motif kerudung kalian kan unik? Jarang
ditemukan disini" kata Chessa melumerkan keadaan.
Husna dan Mila hanya tersenyum dan saling berpandangan.
"Ee..."
"Ee..."
Mereka saling berebut ingin menjelaskan.Mila
mempersilahkan Husna untuk menjelaskan lebih dahulu.
"Sebenarnya kerudung merah ini adalah pemberiaan
Almarhum Ibu saya"
"Iya,Benar.Ibu Ida Mendapat kerudung itu saat ia di
Makkah," tambah Pak Burhan meyakinkan.
"Makkah?!!" Mila terperajat "Dari istri
salah satu ulama di Makkah?"
"Iya.Syaikh Fattah namanya,Beliau salah satu imam di
Masjidil Haram! Lho,Mbak kok tahu? Jangan2..." kata Husna.
"Subhanallah!"
Mila memekik lirih "Kerudumg yg saya pakai ini juga dari Syaikh
Fattah,istri beliau memberikan kerudung merah ini pada Ibu saya saat
berhaji"
"Astafirullah!
Ayah baru ingat,Na.Ibumu pernah bercerhta jika ada seorang wanita lain lagi yg
diberi kerudung oleh istri ulama tersebut mungkin wanita itu adalah ibu nya
Mbak Mila ini.Wanita itu bernama Ibu Fatimah,Ibumu selalu menceritakan jika Ibu
Fatimah sangat baik kepadanya mereka bersahabat.Ibu Fatimah juga yg merawat
ibumu saat ia sakit di Tanah Suci."
"Iya benar,Pak!
Ibu saya bernama Fatimah" Mila membenarkan keterangan Pak Burhan.
"Benarkah,Yah?!"
Pak Burhan hanya
mengangguk,Pak Burhan tiba2 matanya basah karena teringat akan istrinya
sedangkan Husna mendekati Mila lalu menggenggam tangan Mila dg hangat.
"Jika Ibu kita
bersahabat,maukah kamu juga bersahabat dg ku? Bahkan menjadi saudariku?"
kata Husna
Mila mengangguk sekali
sembari tersenyum,mereka pun berpelukan setelah mereka puas bercerita tentang
banyak hal baik tentang ibu mereka atau tentang kesibukan mereka,Pak Burhan dan
Husna mohon pamit untuk pulang agenda Pak Burhan hari itu dirumah sakit hanya
Chek in kesehatan saja.
Ketika Paj Burhan dan
Husna beranjak pergi tiba2 Mila berkata "Apakah aku boleh bertanya sesuatu
padamu,Mbak Husna?" Mila ingin sekali melontarkan sebuah pertanyaan yg
sejak awal Pertemuan tadi sudah mengganjal dalam pikiran.
"Apa ya,Mbak
Mila?" tanya Husna sambil melingkarkan kembali Syal keleher Ayahnya.
"Apakah dulu kamu
pernah kemasjid Ketawanggede?"
"Masjid
Ketawanggede?!"
"Iya,Masjid
Ketawanggede dekat komplek kampus UNIBRAW."
Husna terdiam
sejenak,ia mencoba mengingat kembali lintasan yg pernah ia lewati.
"Oh,masjid besar
dipojok itu,ya?"
Mila mengangguk.
"Iya,pernah
mungkin sekali atau dua kali aku pernah shalat dimasjid tersebut.ada apa ya?
"Apa mukena mu
pernah diambil nenek tua dimasjid itu?"
"Astaghfirullah?
Iya,pernah! Saat itu ada seorang nenek tua yg mengambil mukena saya kebetulan
saat itu aku dari kos seorang teman dijalan Watu Gong lalu shalat ashar
dimasjid itu.Lho,kok kamu tahu tentang nenek itu,Mbak Mila? Saat itu memang ada
seorang nenek tua yg mengaku ngaku sebagai pemilik mukena saya lalu ada seorang
ta'mir yg menegur nenek tua itu.Ada apa,Mbak Mila? Kok kamu bisa tahu?"
tanya Husna mendekati Mila.
"Ah,nggak apa2,Mbak
Husna kebetulan ta'mir masjid itu adalah temanku" kata Mila singkat.
Setelah tak ada lagi yg
Mila tanyakan,akhirnya Husna undur diri meninggalkan Mila dg sejuta perasaan yg
berkecamuk dalam dadanya.Mila terpekur beberapa saat sebelum akhirnya Chessa
menyadarkan.
"Mbak,apa mungkin
yg saat itu kehilangan mukena tidak saja Mbak Mila tapi juga..."
Mila mengangguk
berkali-kali,ia kembali memutar slide kenangan peristiwa ketika mukena miliknya
diambil nenek tua diMasjid Ketawanggede.Ia tak pernah mengira Husna juga
mengalami hal yg serupa dihari yg berbeda
Mila dan Husna sama2
memberikan mukena mereka pada nenek tua yg mengaku sebagai pemilik mukena.
"Berarti..."
"Iya,Benar
Chess!" Mila memotongnya sebelum Chessa menyelesaikan Pertanyaannya.
"Subhanallah ya,Mbak.Allah
mempertemukan Mbak Mila dan Mbak Husna kembali disi tapi Mbak.Mbak pernah
cerita kalau ada seorang lelaki yg saat itu menegur nenek tua itu?"
"Iya,Tapi Mbak
lupa wajah penjaga ta'mir itu lagipula Mbak benar2 jaga pandangan Mbak saat
itu.Mungkin Mas Faris,mungkin juga bukan."
Keduanya terdiam,Mila
meminta Chessa untuk membawanya kembali kedalam kamar.Mila membenamkan sebagian
wajah nya pada sisi kerudung lebarnya 'jadi selama ini Mas Faris benar.Gadis
itu bukan aku! Tapi Husna dan Mas Faris mencintai Husna' lirih Mila dalam hati
kemudian hanyut dalam isak tangis,kerudung merahnya basah.
Sore itu,Faris memenuhi
undangan dari Pak Burhan kerumahnya.Pak Burhan ingin mengucapkan terima kasih
secara langsung pada Faris karena ekstrak tanaman pegagan yg dibawakan untuknya
bereaksi positif ditubuhnya.Lambat laun kesehatan Pak Burhan membaik.Rumah pak
Burhan berada di Singosari.
Saat Faris melintas
depan Pesantren Ilmu Al Qur'an (PIQ) Singosari,ia memperlambat motornya banyak
santri putra dan putri hilir mudik menyeberang jalan.Beberapa santri putra yg
berkoko dan bersarung serta mengenakan peci beragam tengah asyik bercanda
menikmati sore itu.Ada juga yg jajan makanan ringan.
Tiba2 Faris
menghentikan motornya,ia melihat sekelebat seorang gadis yg berkerudung merah
ditengah santri2 putri yg berkerudung putih.Faris segera memarkirkan motornya
ditempat yg tepat lalu ia mencari gadis tersebut diantara kerumuan
orang,kebetulan saat itu pengajian sore baru saja usai banyak orang kampung
sekitar yg mengikuti pengajian itu.Faris terus mencari gadis itu,dadanya
berdebar hebat ia ingin tahu pasti apa benar yg dilihatnya tadi atau hanya
sekedar halusinasi hati.
Faris gagal menemukan
gadis itu,ia beristighfar berkali-kali sembari mengatur nafasnxa yg tersengal
setelah berlari-lari kecil.Ya Rabb Himpun jiwa kami yg berserakan,pertemukan
kami dalam cinta Mu.
Untuk kesekian
kalinya,Allah belum mempertemukan Faris dg Husna.Faris kembali kemotornya.
Sesampai di rumah Pak
Burhan,Faris langsung disambut oleh pelayan rumah dan mempersilahkan Faris
untuk duduk terlebih dahulu diruang foyer rumah itu.Meski hanya ruang foyer yg
tak lebih ruang tunggu sebelum tamu dipersilahkan masuk keruang tamu,tapi foyer
ruang tamu itu didesain sungguh indah.Sebuah kaca besar menjadi sekat dg ruang
tamu dari atas kaca itu,berjatuhan butiran air yg merapat kesisi kaca dan jatuh
kekolam kecil dibawahnya.
Tak lama kemudian Pak
Burhan datang menghampiri Faris.Pak Burhan menyambut Faris dg senyum dan pelukan
hangat.
"Ayo,Ris.Langsung
saja kita ketaman belakang rumah."
Kemudian Pak Burhan
mengajak Faris mengitari sisi rumah yg luas itu.Menuju sebuah taman indah tepat
dibelakang rumah,ditengah taman itu ada sebuah kolam renang sederhana khusus
untuk keluarga.
Ternyata ditaman itu
beberapa anggota keluarga Pak Burhan telah menanti kehadiran Faris dan yg lebih
mengejutkan lagi ada seorang yg sangat Faris kenal juga berdiri diantara
mereka.
"Ustadz
Fatah!"
Faris segera berhambur
mendekati Ustadz Fatah,mereka bersalaman erat mata Faris berbinar bahagia.
"Ustadz ada
disini?"
"Iya,Ris.Sebenarnya
saya adalah adik kandung Pak Burhan.Beberapa bulan terakhir kakak saya itu
sering sekali menceritakan tentangmu.Saya sudah menebak bahwa Faris yg dia
maksud adalah kamu tapi saya benar2 yakin baru setelah kita bertemu
kemarin."
Lalu salah satu mereka
mempersilahkan Faris untuk duduk disebuah kursi kayu.Mereka duduk melingkar
didepan sebuah meja kayu bundar.Ada 3 meja bundar yg dikelilingi masing2 4
kursi disana.Faris duduk bersama Pak Burhan dan Ustadz Fatah sementara keluarga
lain duduk disekitar mereka.Ustadz Fatah menuangkan secangkir teh hangat untuk
Faris.
Mereka menikmati sore
yg hangat bersama matahari senja yg menyepuh seluas isi taman.Matahari tua yg
menyuguhkan tarian indah diatas kolam renang.Gemulainya menghangatkan seisi
alam raya.
Tak henti-hentinya Pak
Burhan dan Ustadz Fatah bergantian menceritakan tentang Faris kepada keluarga
yg lain.Bagaimana kegigihan Faris dalam menjalani hidupnya.Faris yg tak hanya membiayai
studi kuliahnya hingga sekarang dapat menempuh program Magister,tapi juga
membiayai 2 adiknya yg sedang duduk dibangku kuliah.
"Tapi,semua itu
seakan sia2 jika saya tak bisa mewujudkan impian saya selama ini.Saya ingin
berhaji,Pak! Ya,saya ingin ke Makkah bertemu Allah dirumah Nya.Mengunjungi
Makam Rasulullah dan sahabat2nya" Faris menjelaskannya.
"Bukankah kamu
pernah bilang kamu telah memastikan akan berhaji tahun depan bersama
ibumu?" selidik Pak Burhan.
Faris
terdiam,tertunduk.Ia membenarkan apa yg dikatakan oleh Pak Burhan.Faris memang
telah memastikan berhaji tahun depan bersama ibunya untuk ONH telah cukup
terkumpul.Keinginannya pun nyaris terwujud jika ia tak membantu pengobatan Mila
dan Ibu Mirna yg menjalani operasi.Kini Faris harus menunda keinginan
berhajinya hingga beberapa tahun berikutnya.Hingga uangnya terkumpul kembali.Ia
sengaja tak mengambil program ONH dari bank karena kebutuhan untuk biaya
pendidikan kedua adiknya cukup beragam belum lagi Faris juga harus menyisihkan
uangnya untuk dikirim ke orangtuanya di Mojokerto.
Tiba2 mata Faris basah
tapi ia menahan sebisa mungkin agar tangisnya tak tumpah.Ia tak ingin
mengacaukan suasana sore itu.
" Iya,Pak.Mungkin
belum jodoh saya untuk berhaji tahun depan masih ada tahun berikutnya.Saya
pasti berhaji! Ini Azzam saya! Tolong ingatkan janji saya ini,Pak!" ujar
Faris bersemangat matanya yg berbinar penuh harapan berkabur oleh tangis yg
tertahan.Ustadz Fatah tahu betul alasan Faris menunda keberangkatan hajinya.
Pak Burhan
mempersilahkan Faris untuk meneguk tehnya.Faris mengambil cangkir tehnya tapi
tertahan tiba2 ada beberapa orang yg datang dari samping taman.Dada Faris
bergunjang hebat ia melihat seorang gadis berkerudung merah sedang mendorong
sebuah kursi roda yg diduduki seorang gadis yg berkerudung merah.2 gadis
kerudung merah ada didepan mata Faris dua-duanya sama anggunnya dalam balutan
kerudung merah.
Tangan Faris
gemetaran,Ia kaget gadis berkerudung merah yg mendorong kursi roda itu adalah
gadis yg pernah dilihatnya 3tahun lalu gadis yg slalu mengganggu tidur dan
aktivitasnya.Ya,gadis itu tak salah lagi' batin Faris.Sementara yg duduk
dikursi roda adalah Mila.
Faris gemuruh dalam getaran dada.Ia letakkan kembali
cangkir tehnya.Ia tenangkan dirinya sedemikian rupa.Sementara Ustadz Fatah
langsung menyambut kedatangan mereka.Faris teringat kembali bagaimana ia
berjumpa dg gadis berkerudung merah itu di Masjid Ketawanggede.Tapi mengapa
Mila juga memiliki kerudung merah yg sama? Bukankah Mila juga mengaku jika
seorang nenek tua mengambil mukenanya? Bagaimana mungkin 2 orang yg punya
kerudung yg sama juga mengalami kejadian yg serupa? Subhanaallah! Seribu
pertanyaan menyergap kedalam benak Faris.
Kini mereka berlima berada disatu Meja sementara itu
Ferdian,Mahardiansyah dan Chessa yg juga mendapat undangan minum
teh itu turut bersama mereka duduk dikursi yg lain.
"Bagaimana
kabarmu,Nak?" tanya Pak Burhan kepada Mila.
"Alhamdulillah,Pak.Sudah
sedikit membaik tapi masih perlu pakai kursi roda persendian dikaki yg belum
sembuh benar.
"Sabarlah,Anakku"
kata Pak Burhan membelai kepada Mila dg hangat.
"Nah,Ris! Ini
adalah putriku yg pernah kuceritakan kepadamu tempo hari Namanya Rasyida
Husna" kata Pak Burhan mengenalkan.Husna menangkupkan kedua tangannya
didepan dadanya,senyum indahnya nyaris membekukan Faris.
"Sedangkan ini
adalah Mila,Bapak yakin kamu telah mengenalnya,Ris.Kini Mila sudah Bapak anggap
anak sendiri.Orang tua Mila sudah tiada kini Bapak tak hanya memiliki seorang
anak gadis
Tapi 2 anak gadis yg
sangat cantik! Kamu pasti ingin bertanya bagaimana Mila juga memiliki kerudung
yg sama dg Husna sebenarnya kerudung mereka itu pemberiaan dari ibu mereka
kerudung merah itu dari Makkah.Kebetulan ibu mereka menjadi sahabat yg dekat
saat berhaji dulu.Ibu Mbak Mila ini juga yg menemani Ibunya Husna selama
berbaring sakit menjelang kembali ke Indonesia hingga istri saya meninggal
dunia" Pak Burhan tak sanggup meneruskan penjelasannya airmatanya
membasahi kelopak matanya yg tlah keriput.
"Dan seorang istri
imam Masjidil Haram di Makkah menghadiahi ibu mereka masing2 sebuah
kerudung.Kerudung yg mereka sedang kenakan inilah kerudung itu" Ustadz
Fatah melanjutkannya "Kamu juga telah tahu tentang peristiwa mukena milik
mereka yg diambil seorang nenek tua.Mila telah menceritakannya pada kami'
"Nah,sekarang kamu
tinggal milih nih,Ris! Kamu pilih mau nikah dg putriku yg mana? Mila atau
Husna? Kamu boleh milih hanya satu lho,tak boleh dua-duanya" tanya Pak
Burhan menggoda yg diiringi gelak tawa keluarga yg lain.Muka Faris memerah.
"Tapi Bapak harap
kamu menikahi putriku bukan karena kerudung merah itu melainkan dalam rangka
menghimpun belahan hati yg telah Allah ciptakan dalam rangka menyempurnakan
ibadah agar kalian dapat bersama-sama meraih keberkahan hidup dalam naungan
Cinta Nya" ujar Pak Burhan melanjutkan.
"Mila Yakin Mas
Faris akan memilih Mbak Husna Yah! Mbak Husnalah yg selama ini yg Mas Faris
cari,Mas Faris sangat mencintai Mbak Husna.Mila akan bahagia sekali jika mereka
bersatu Mila akan memiliki 3 kakak yg akan menyayangi saya Mas Mahar,Mbak Husna
dan Mas Faris" ujar Mila dg mata berbinar.Sementara Faris menatap jauh
kedalam matanya 'Benarkah yg dikatakan Mila? Tapi buru2 mereka segera
menundukan pandangan.
Faris tak bisa
memungkiri perasaannya yg sangat mencintai Rasyida Husna gadis berkerudung
merah yg selama ini selalu berkelebat dalam pikirannya.
"Iya,Pak.Dengan
menyebut Nama Allah ijinkan saya menikah dg Rasyida Husna" kata Faris
mantap.
"Barakallahu
laka!" sambut Ustadz Fatah dg pelukan erat "Sebenarnya Husna Juga
menyimpan hati padamu sejak pertemuan kalian di Masjid itu selama ini ia
menyembunyikannya kepada kami.Benar begitu kan,Na?"
Husna hanya tertunduk
dan tersipu malu lalu air matanya tumpah,ia langsung berhambur memeluk ayahnya
dg erat.
"Iya.Sebenarnya
ada hal yg selama ini Husna Sembunyikan dari Ayah mungkin saat inilah saat yg
tepat untuk Husna menceritakannya sebenarnya jauh sebelum Husna bertemu dg Mas
Faris di Masjid Ketawanggede kami telah bertemu sebelumnya mungkin Mas Faris
tlah melupakan peristiwa itu"
Seketika Faris
terperajat kaget wajahnya mengisyaratkan tanya.
"Saat itu Mas
Faris masih menjadi asisten dosen Pak Sumeru Ashari suatu hari Pak Sumeru
Ashari sedang mengisi seminar di Universitas Muhammadiyah Malang.Seminar yg
bekerja sama dg Fakultas Kedokteran kalau Husna nggak salah ingat seminar
tentang pertanian organik dan dampaknya bagi kesehatan manusia Husna masih
semester satu ketika itu seusai seminar Husna dan teman2 langsung menuju tempat
parkir untuk mengambil motor kebetulan Mas Faris juga berada ditempat
parkir.Motor Husna berada disamping motor Mas Faris sedangkan Pak Sumeru telah
pulang dg mobilnya.
"Husna dan teman2
tertawa geli melihat tingkah aneh Mas Faris bagaimana tidak,Yah! Padahal motor
Mas Faris lumayan bagus lho tapi aneh nya Mas Faris malah menaruh 2 kantong
bagor kumal disamping kanan dan kiri motornya.Kayak habis belanja dari pasar
gitu! Padahal nggak ada isinya! Teman2 Husna menggoda Mas Faris,Mas Faris diam
saja tapi wajah Mas Faris memerah"
Faris yg dari tadi diam
tak berekspresi,kini mulai tersenyum malu mendengar tingkahnya dulu diceritakan
kembali oleh Husna.Faris mulai teringat kembali dg kepingan peristiwa masa
lalunya.
"Beberapa hari
kemudian Husna baru tahu alasan mengapa Mas Faris menaruh bagor kumal
dimotornya kebetulan ada seorang teman Husna yg menjadi adik kelas Mas Faris Di
UNIBRAW.Namanya Dini mungkin Mas Faris kenal?
"Dini? Anak
nganjuk itu?"
"Iya.Dini cerita
banyak tentang keunikan Mas Faris pada Husna.Mas Faris memang sengaja menaruh
bagor kumal itu agar nggak ada teman mahasiswi yg membonceng motornya.Bukanya
Mas Faris pelit tapi karena Mas Faris sangat menjaga diri pada setiap yg bukan
muhrimnya dg 2 kantong bagor kumal bau itu he... He... Afwan Mas,otomatis nggak
ada yg mau membonceng motor Mas Faris sejak itulah diam2 Husna kagum pada
pribadi Mas Faris.Husna terus mencari informasi tentang Mas Faris sehingga
Husna semakin tahu tentang Mas Faris ini.. He... He... Semakin tahu banyak
semakin bertambah pula kekaguman Husna pada Mas Faris.
"Ternyata Allah mempertemukan
kembali Husna dg Mas Faris di Masjid Ketawanggede saat itu Husna taqu Mas Faris
marah sekali dg Husna yg berdiplomasi tentang mukena itu.Lha wong,Husna hanya
mau sedekah pada nenek itu kok! Tapi Husna malah jadi geli melihat Mas Faris
marah.Mas Faris lucu sekali kalo lagi marah he... He... Afwan ya,Mas"
Kontan saja semua yg
hadir ditaman itu tertawa terbahak mendengar cerita dari Husna,Faris jadi salah
tingkah Faris hanya bisa tersenyum dg wajah memerah.
"Nah! Benar kan?!
Kalian ini memang berjodoh! Barakallah laka!" ujar Pak Burhan
bersemangat.Hingga membuat seluruh keluarga yg berada ditaman itu memancarkan
cinta dan kebahagiaan.
Tapi tidak dg Mila
meski Mila mencoba tersenyum tapi dari relung hatinya ingin rasanya
menangis.Faris segera menangkap kesedihan yg dirasakan Mila.
"Oh ya,Mil!
Sebenarnya ada yg selama ini ingin Mas sampaikan kepadamu."
Mata Mila sedikit
terbelalak,bola matanya membundar penuh rasa ingin tahu.
"Bahwa selama ini
ada seorang yg diam2 sangat mencintaimu lelaki itulah yg selama ini sebenarnya
yg menjagamu bukan aku.Ia yg selalu berjalan dibelakangmu saat kamu pulang
sendirian dari kuliah malam,ia slalu membawa 2 payung ditangannya jika tiba2
turun hujan lelaki itu langsung meminta seorang didekatnya untuk menghampirimu
dan meminjamkan payung itu untukmu.
Ia juga yg paling suka
menghabiskan brownies coklat buatanmu.
"Ia juga yg
mendatangkan dokter setiap sebulan sekali ke kosmu sampai2 ia pingsan berulang
kali saat mendengar kecelakaan kamu kemarin.Kamu mungkin jarang sekali
melihatnya dirumah sakit karena memang ia nggak tega melihat langsung keadaanmu
tapi setiap malam ia selalu tidur dirumah sakit menjagamu,Mil! Ia yg
memanggilkan perawat dan dokter jika tiba2 kamu merasa sakit lelaki itu sangat
mencintaimu.Insya Allah lelaki saleh,Ia Insya Allah lelaki yg terbaik
untukmu..."
"Lelaki itu adalah
Ferdian!" kata Mahardiansyah memotong cerita Faris sambil merangkul pundak
Ferdian seketika mata Mila langsung tertuju Ferdian.Ferdian tertunduk.
Ternyata selama ini
Mila telah keliru,ia mengira jika kebaikan2 yg seringkali datang kepadanya itu
berasal dari Faris,Mila sama sekali tak menyangka jika selama ini yg slalu
meminjaminya payung saat hujan turun ketika ia lupa membawa payung adalah
Ferdian lalu Ferdian yg meminta Faris untuk mengambil payung yg ia pinjamkan di
kos Mila.
Mila tertunduk,mata
indahnya berkaca.
"Karena itulah aku
sengaja untuk memisahkan kalian dari kedai agar Ferdian tetap terjaga dan
meminta Ferdian menemaniku menjalankan program Town Clean dan Care juga dalam
proyek2 lain agar Ferdian mempersiapkan terlebih dahuku maisyah sebelum
melamarmu.Insya Allah tahun depan Ferdian telah benar2 siap untuk menikah
denganmu" Faris melanjutkan penjelasannya.
Mila memandang
Mahardiansyah seolah ingin meminta pertimbangan padanya.Mahardiansyah hanya
mengangguk sekali seakan ingin meyakinkan kepada adiknya bahwa Ferdian memang
jodoh yg terbaik untuk adiknya.
"Baiklah,Mila akan
tunggu sampai tahun depan hingga Mas Ferdian siap meminang Mila"
"Subhanallah!
Lirih Pak Burhan "Semoga keberkahan dari Allah tercurah pada
kalian.Nah,sekarang secepatnya kita persiapkan tanggal pernikahan untuk Faris
dan Husna"
"Secepat
itu,Pak?" tanya Faris.
"Iya,Ris! Mau
kapan lagi?!" Ustadz Fatah yg malah menjawabnya
"Tapi Ustadz,saya
telah ber Azzam ingin berhaji terlebih dahulu!"
"Justru
itulah,nanti kamu bisa berhaji bersama ibu dan istrimu!" jawab Pak Burhan.
"Tapi..."
"Nggak usah pakai
tapi2... Kamu nggak perlu cemas dg biaya hajimu,Bapak akan menanggung biaya
haji kalian hitung2 itulah kado yg Bapak bisa berikan setelah pernikahan kalian
nanti dan kalau memungkinkan Bapak juga akan menyertai kalian ke Makkah!"
Faris langsung
tersentak kaget,ia tak percaya dg apa yg baru saja ia dengar.
"Benarkah,Pak?"
"Iya,Ris! Saya
menceritakan pada Mas Burhan tentang bagaimana usahamu membantu keluarga Pak
Amin yg istrinya harus operasi karena menderita kanker rahim.Mengingatkan saya
pada sebuah kisah tentang seorang ahli hadist ternama yg bernama Abdullah bin
Al Mubarak yg hidup di Makkah pada suatu maktu setelah menyelesaikan ritual
ibadah haji ia tertidur dan bermimpi melihat 2 malaikat yg turun dari langit.
"Berapa banyak yg
datang tahun ini?' tanya malaikat pertama kepada malaikat kedua
'600.000" jawab
malaikat kedua
"Berapa banyak
mereka yg ibadah hajinya diterima?"
"Tidak satu
pun!"
Percakapan ini membuat
Abdullah bin Al Mubarak gemetar.
"Ada seorang
tukang sepatu di Damakus dipanggil Ali bin Mowaffaq" kata malaikat yg
pertama.
"Dia tidak datang
menunaikan ibadah haji tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah
diampuni."
Ketika Abdullah bin Al
Mubarak mendengar hal ini,ia langsung terbangun dan memutuskan pergi menuju
Damakus untuk mencari orang yg bernama Ali bin Mowaffaq akhirnya Abdullah Al
Mubarak menemukan tempat dimana Ali bin Mowaffaq tinggal.Abdullah bin Al
Mubarak menyapanya.
"Siapakah namamu
dan pekerjaan apa yg kau lakukan" tanya Abdullah bin Al Mubarak.
"Aku Ali bin
Mowaffaq,penjual sepatu.Siapakah namamu?"
Tiba2 Abdullah bin Al
Mubarak menangis dan jatuh pingsan ketika ia sadar,Abdullah bin Al Mubarak
memohon agar Ali bin Mowaffaq bercerita kepadanya amalan apa yg Ali bin
Mowaffaq kerjakan hingga mencapai derajat setinggi itu.
Ali bin Mowaffaq
mengatakan "Selama 40 tahun aku telah rindu untuk melakukan perjalanan
haji.Aku tlah menyisihkan 350 dirham dari hasil berdagang sepatu.Tahun ini aku
memutuskan untuk pergi ke Makkah,Sejak istriku mengandung.Suatu hari istriku
mencium aroma makanan yg sedang dimasak oleh tetangga sebelah dan memohon
kepadaku agar ia bisa mencicipinya sedikit.Aku pergi menuju tetangga sebelah
mengetuk pintunya kemudian menjelaskan situasinya tetanggaku mendadak menangis
"Sudah 3 hari ini anakku tidak makan apa2" katanya.
"Hari ini aku
melihat keledai mati tergeletak dan memotongnya kemudian memasaknya untuk
mereka"
"Hatiku serasa
terbakar ketika aku mendengar ceritanya,aku mengambil 350 dirhamku dan
memberikan kepadanya "Belajakan ini untuk anakmu" kata Ali bin
Mowaffaq 'Inilah perjalanan hajiku."
Faris mendengar dg
seksama apa yg diceritakan oleh Ustad Fatah.
"Keiklasan Ali bin
Mowaffaq bersedekah pada tetangganya telah membuatnya mabrur sebelum
berhaji" tegas Ustadz Fatah "Semoga begitu juga denganmu,Ris!"
"Amiin" kata
Faris Lirih.
"Untuk itu,ijinkan
Bapak membantumu mewujudkan Azzam mu berhaji.ijinkan,Mas Burhan berhaji bersama
kalian" kata Ustadz Fattah mengakhiri kalimatnya.
Faris diam,ia tak
sanggup melukiskan kebahagiaan hatinya dg kata2.Azzam yg selama ini ia teguhkan
sebentar lagi akan terwujud ia akan berhaji dg orang2 yg dicintainya.
Kini saatnya matahari
terbenam sempurna.Siluet senja masih menyisakan semburat memanjang diseparo
bumi.Seiring adzan Magrib berkumandang,mereka merasakan hangat dalam keakraban
keluarga dan limpahan rahmat dari Allah Ta'ala,Rabb penguasa alam.
Selesai....
ABOUTME
Hi all. Saya Chandra Ardilla Putra. Terimakasih, telah membaca artikel mengenai Kerudung Merah di Mekkah. Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda. Mohon untuk memberikan 1+ pada Google+, 1 Like pada Facebook, dan 1 Follow pada Twitter. Jika ada pertanyaan atau kritik dan saran silahkan tulis pada kotak komentar yang sudah disediakan.
0 komentar:
Posting Komentar